Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyergapan di Poso, 1 Tewas, 14 Diciduk

Kompas.com - 04/11/2012, 08:15 WIB

POSO, KOMPAS.com - Sepanjang Sabtu (3/11/2012) pagi, situasi di Poso, Sulawesi Tengah, dihujani suara tembakan saat polisi melancarkan penyergapan terhadap sejumlah orang terduga teroris di Jalan Pulau Irian, Kelurahan Kayamanya, Kecamatan Poso Kota. Satu orang tewas ditembak dan 14 lainnya ditangkap. Namun, penyergapan itu mengakibatkan kerusuhan karena warga membalas dan memblokade sejumlah ruas jalan.

Namun, Sabtu petang, situasi berangsur pulih. Lalu lintas di dalam kota dan trans-Sulawesi via Poso yang sempat lumpuh sejak pagi mulai dibuka sore hari. Kendati demikian, penjagaan ketat masih dilakukan di sejumlah titik, terutama di sekitar Kelurahan Kayamanya, lokasi penyergapan.

Penyergapan dilakukan tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror dan Brimob Kelapa Dua, Brimob Polda Sulteng, serta Polres Poso di Jalan Pulau Irian dan Pulau Sabang, Kelurahan Kayamanya, sekitar pukul 06.00 Wita. Saat penyergapan, sejumlah warga yang diduga terkait jaringan teroris berlari masuk ke SD Negeri 27 Poso yang berada di Jalan Pulau Irian. Sekolah itu memang diliburkan terkait rencana penyergapan tersebut.

Saat tim Densus mengepung SDN 27, sebagian warga itu melempar batu dan benda yang diduga bom ke arah polisi. Rentetan tembakan lalu terdengar. Satu warga, yakni Abdul Khalid Tumbingo (27), tewas tertembak. Abdul Khalid yang diduga terkait jaringan teroris adalah pegawai honorer di Dinas Kehutanan Kabupaten Poso sebagai polisi hutan. Seorang warga lainnya, MY, ditangkap.

Pasca-penyergapan dan jenazah Abdul Khalid dibawa ke Palu, situasi sekitar Kelurahan Kayamanya kian mencekam. Terlebih saat sebagian petugas Densus dan Brimob yang menggunakan helm baja dan penutup kepala serta menenteng senjata berada di jalan dan mengejar sejumlah orang yang kabur. Lokasi penyergapan berada sekitar 500 meter dari Markas Polres Poso.

Lalu lintas akhirnya lumpuh. Terlebih saat sebagian warga Kayamanya melakukan perlawanan dan mulai memukul tiang listrik. Warga yang mendengar bunyi tiang listrik itu sontak berlari menjauh. Pasar Sentral Poso, yang berada dekat Mapolres Poso, tutup. Sebagian toko di Kota Poso juga tutup. Situasi kian mencekam saat warga menutup akses masuk ke Jalan Pulau Irian menggunakan balok, meja, dan benda-benda lain.

Melihat situasi itu, Brigjen (Pol) Rudy Sufahriadi, Direktur Pembinaan Kemampuan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme yang memimpin operasi penegakan hukum di Poso, turun langsung ke Kayamanya dan meminta warga bubar. Barikade yang menghalangi jalan dibuka dan warga diminta melintas seperti biasa. Namun, situasi itu tidak berlangsung lama.

Sekitar pukul 09.00, puluhan warga Kayamanya mendatangi Mapolres Poso. Mereka mendesak polisi segera memulangkan jenazah Abdul Khalid untuk dimakamkan. Mereka menolak otopsi karena tewasnya sudah jelas, yakni tertembak.

Saat negosiasi antara keluarga dan polisi berlangsung, massa mulai merangsek dan berusaha menerobos palang di dekat pos jaga mapolres. Tak lama kemudian, serentak tiang listrik di sekitar mapolres dan Kelurahan Kayamanya dipukul. Warga pun berdatangan dan berusaha menyerang mapolres. Situasi tak terkendali saat massa mulai membakar ban, rambu lalu lintas, dan sebuah pos polisi.

Polisi akhirnya mengejar massa, tetapi mendapat perlawanan. Situasi kian mencekam saat rentetan suara tembakan terdengar disertai suara teriakan massa. Sebuah bom pipa dilempar pengunjuk rasa ke depan Pasar Sentral Poso. Tim Gegana Brimob Polda Sulteng segera mengamankan bom sehingga tidak sempat meledak. Situasi mulai reda sekitar pukul 16.00 saat massa kembali ke rumah masing-masing. Lalu lintas akhirnya kembali pulih.

Kepala Polda Sulteng Brigjen (Pol) Dewa Parsana mengatakan, aksi massa dilakukan simpatisan warga Kayamanya yang ditangkap dan tewas. Aparat menangkap 14 warga.

”Mereka adalah simpatisan dari orang yang ditangkap. Kebetulan yang ditangkap adalah tokoh dan punya simpatisan sehingga mereka melakukan perlawanan. Semuanya masih kami tangani. Situasi sejauh ini bisa dikendalikan dan aman. Ada 14 warga yang ditangkap dan satu lainnya tewas. Sejumlah barang bukti kami amankan, di antaranya bom dan bahan pembuatan bom,” kata Kapolda.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen (Pol) Boy Rafli Amar, Sabtu, mengatakan, mereka yang ditangkap terkait kelompok teror terdahulu, khususnya terkait buronan bernama Santoso. ”Beberapa dari mereka yang merencanakan aksi teror ataupun yang telah melakukan teror, seperti di Palu, terkait adanya perampokan bank,” katanya.

Berdasarkan informasi yang diperoleh, Abdul Khalid diduga menjadi pelatih pembuatan bom bagi kelompok di Poso yang diduga terkait jaringan teroris. Dengan statusnya sebagai polisi hutan, Abdul Khalid diduga menjadi orang yang melatih penguasaan hutan di sekitar Tamanjeka yang selama ini diduga sebagai tempat pelatihan. Adapun MY juga diduga salah satu tokoh yang memiliki peran penting dalam kelompok dan punya keterkaitan dengan berbagai aksi kekerasan di Poso.

Sampai kemarin, setelah polisi dan tentara melakukan penyisiran, ditemukan sedikitnya 26 detonator, 15 bom aktif, satu bom ranjau seberat 10 kilogram, 23 butir amunisi, dan sebuah senjata api. Diamankan pula bahan-bahan pembuatan bom seperti serbuk putih, berbagai kabel dan telepon genggam untuk rangkaian dan pemicu bom, senjata tajam, busur, dan lainnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Prabowo Mau Bentuk 'Presidential Club', Pengamat: Kalau Diformalkan, Berapa Lagi Uang Negara Dipakai?

    Prabowo Mau Bentuk "Presidential Club", Pengamat: Kalau Diformalkan, Berapa Lagi Uang Negara Dipakai?

    Nasional
    Hadiri MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10 di Meksiko, Puan: Kepemimpinan Perempuan adalah Kunci Kemajuan Negara

    Hadiri MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10 di Meksiko, Puan: Kepemimpinan Perempuan adalah Kunci Kemajuan Negara

    Nasional
    Polri Usulkan Penambahan Atase Kepolisian di Beberapa Negara

    Polri Usulkan Penambahan Atase Kepolisian di Beberapa Negara

    Nasional
    Kopasgat Kerahkan 24 Sniper dan Rudal Chiron Amankan World Water Forum di Bali

    Kopasgat Kerahkan 24 Sniper dan Rudal Chiron Amankan World Water Forum di Bali

    Nasional
    Sentil Prabowo yang Mau Tambah Kementerian, JK: Itu Kabinet Politis, Bukan Kabinet Kerja

    Sentil Prabowo yang Mau Tambah Kementerian, JK: Itu Kabinet Politis, Bukan Kabinet Kerja

    Nasional
    Jelang Hari Jadi Ke-731, Pemkot Surabaya Gelar Berbagai Atraksi Spektakuler

    Jelang Hari Jadi Ke-731, Pemkot Surabaya Gelar Berbagai Atraksi Spektakuler

    BrandzView
    Resmi Ditahan, Gus Muhdlor Punya Harta Rp 4,7 Miliar

    Resmi Ditahan, Gus Muhdlor Punya Harta Rp 4,7 Miliar

    Nasional
    KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

    KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

    Nasional
    Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

    Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

    Nasional
    Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

    Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

    Nasional
    Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

    Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

    Nasional
    Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

    Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

    Nasional
    Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

    Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

    Nasional
    Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

    Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

    Nasional
    JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang 'Toxic'

    JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang "Toxic"

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com