Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelayanan Dikeluhkan

Kompas.com - 28/10/2012, 05:57 WIB

Mekkah, Kompas - Jemaah haji Indonesia mengeluhkan pelayanan di Mina, Arab Saudi. Pada saat mereka membutuhkan stamina yang bagus, makanan yang disajikan jauh dari memuaskan. Selain tak mendatangkan selera, penyiapannya pun tak selalu sesuai dengan kebutuhan.

Pada hari pertama kehadiran jemaah di Mina, Jumat (26/10), untuk sarapan, jemaah diberi nasi putih, telur rebus, kerupuk, apel, dan mi mangkuk yang belum dimasak. Siang harinya, makanan terdiri dari nasi putih, sayur seadanya, dan ikan goreng sebesar dua jari orang dewasa. Seperti dilaporkan wartawan Kompas Fandri Yuniarti, pada malam hari disajikan nasi putih dan sayur serupa dengan sajian makan siang, sedikit ayam rebus, dan pisang. Hari kedua, menu sarapan serupa dengan hari pertama, bahkan minus mi instan.

”Sudah makanannya seperti ini, harus antre panjang lagi. Kenapa enggak dikotakin aja? Di Arafah makanannya lebih baik. Padahal, kami di sini (Mina) kan butuh stamina yang baik,” kata sejumlah anggota jemaah di Maktab 44. Dari tempat tinggal mereka ke tempat melontar jumrah di Jamarat jaraknya sekitar 5 kilometer pergi-pulang. Itulah sebabnya jemaah menuntut makanan yang mengundang selera.

Tak hanya itu, makanan juga tak selalu tersedia pada jam makan normal. Untuk makan siang Jumat itu, misalnya, pukul 13.00 masih ada jemaah yang belum makan akibat masakan belum matang. Sementara akibat antrean yang panjang, tidak sedikit jemaah baru bisa makan malam pada pukul 20.00.

Kekecewaan jemaah juga dipicu oleh pelayanan lain. Karena merupakan hari pertama melontar jumrah, umumnya mereka butuh mandi. Toilet yang sekaligus berfungsi sebagai kamar mandi, terutama untuk jemaah perempuan, sangat terbatas. Akibatnya, sepertiga ruang toilet pria yang tersedia digunakan jemaah perempuan. Tak jarang pertengkaran kecil muncul antara jemaah pria dan perempuan.

”Gimana kami enggak pakai toilet laki-laki, yang untuk perempuan cuma sedikit. Padahal, perempuan kan enggak bisa keluar dari kamar mandi tanpa tutup kepala, jadi butuh waktu jauh lebih banyak daripada laki-laki,” kata Ny Suhartini, anggota jemaah asal Embarkasi Jawa Barat.

Berdasarkan pantauan Kompas, toilet perempuan yang tersedia di beberapa lokasi jumlahnya hanya sepertiga dari jumlah toilet laki-laki. Selain itu, toilet perempuan juga dibatasi tembok sehingga yang bisa antre di depan ruang buang hajat hanya 2 orang. Sementara tempat wudu dan sikat gigi yang tersedia untuk jemaah perempuan sering digunakan untuk mencuci pakaian.

Pada pagi hingga sore hari, sinar matahari menyengat. Maka, lengkaplah kesengsaraan jemaah yang antre akibat ingin membuang hajat.

Satu hal yang juga mengecewakan terkait dengan kebersihan. Sampah berupa piring bekas makan, gelas, dan kotak minuman bertumpuk di depan sejumlah tenda jemaah akibat tidak langsung diambil petugas kebersihan. Hal itu berlangsung hingga malam hari dan aroma tak sedap pun menyebar ke dalam tenda.

”Beda banget dengan di Arafah. Di sana antrean ke kamar mandi enggak terlalu panjang. Sampah juga selalu diambil ke tenda-tenda jemaah,” kata beberapa anggota jemaah.

Ada pula jemaah yang mengeluhkan tidak dapat ruang yang cukup untuk tidur. ”Saya kemarin habis lontar jumrah langsung tawaf ke Mekkah. Begitu masuk ke tenda, ternyata tas pakaian saya diletakkan di pojokan sehingga saya enggak bisa tidur. Padahal, bukan maunya saya untuk ke Mekkah dulu. Saya kan mengikuti ketua kloter,” keluh anggota jemaah asal Embarkasi Jawa Timur, kloter 28. Ia mengaku tidur saat jemaah lain sedang keluar. ”Ya, mau enggak mau harus pinter-pinter lihat situasi,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com