Poso, Kompas -
Demikian diungkapkan Kepala Bagian Operasi Polres Poso Komisaris Agustinus Rampalino di Poso, Rabu (24/10). Selain personel, peralatan keamanan juga terus masuk ke Poso, termasuk kendaraan taktis Barakuda yang didatangkan dari Polda Sulteng.
Menurut Agustinus, penambahan personel itu untuk bersiaga dan membantu operasi di Poso terkait teror dan kekerasan. ”Sebanyak 650 personel melakukan operasi,” ujarnya. Pasukan tambahan itu untuk bersiaga.
Berdasarkan pantauan di Poso, penjagaan ketat oleh aparat dilakukan terhadap fasilitas penting di dalam kota Poso. Penjagaan juga dilakukan terhadap akses ke Dusun Tamanjeka, Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir, yang diduga sebagai tempat kelompok pelaku teror dan aksi kekerasan.
Tak hanya menjaga, sejumlah polisi juga melakukan pengejaran terhadap beberapa orang mencurigakan, yang ditemui warga, karena memegang senjata. Namun, teror masih berlanjut.
Pada Selasa pagi, misalnya, terjadi teror bom di Desa Tonipa, Kecamatan Poso Pesisir. Malam harinya teror bom kembali terjadi di Kelurahan Moengko, Kecamatan Poso Kota, tepat di depan Depo Pertamina, Poso.
Teror berlanjut, Rabu, di Tentena, Kecamatan Pamona Utara, tepatnya di Pasar Siwagi Lemba. Sebuah benda bulat seukuran bola tenis terbungkus kertas putih dan plakban hitam ditemukan warga di lantai los ayam dan daging. Benda ini diselimuti kabel berwarna merah, hitam, dan biru.
Benda ini diledakkan tim Gegana Brimob Polda Sulteng. Benda yang diduga bom itu meledak dengan suara keras. Serpihannya melesat hingga 100 meter lebih.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal (Pol) Boy Rafli Amar, di Jakarta, Rabu, mengatakan, polisi masih menyelidiki teror di Poso. Pekan lalu, polisi baru menangkap dua orang, Ibrahim alias Salman dan Abu Bakar, karena diduga terkait pelatihan teror di Poso. Keduanya belum terkait langsung dengan pembunuhan polisi atau peledakan bom.
Di Jakarta, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah Laode Ida mencurigai, kekerasan di Poso adalah bagian dari pengalihan isu atas berbagai masalah di Polri dan nasional. DPD akan membentuk tim pencari fakta untuk menelusuri fakta di Poso.