Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Moralitas Pejabat Telah Hilang

Kompas.com - 12/10/2012, 09:37 WIB

Menurut Andrinof, pejabat yang mengangkat Azirwan patut dipersalahkan. Pengangkatan pejabat seharusnya memperhatikan semua aspek, termasuk aspek sosiologis. Moral pegawai bisa runtuh. Pegawai harus menghadapi gunjingan-gunjingan yang bernada menuduh, seperti jika atasannya saja begitu, apalagi bawahannya. Tentunya, lanjut Andrinof, hal itu akan berdampak pada efektivitas pemerintahan. Instansi yang dipimpin Azirwan bisa tidak dipercaya publik.

Pengangkatan tersebut, lanjutnya, sangat patut untuk dipermasalahkan. Senada dengan Komaruddin, Andrinof setuju agar promosi Azirwan dibatalkan. ”Itu memang hak dia untuk mendapatkan promosi jabatan. Tapi, promosi itu kan kompensasi terhadap prestasi di tingkat sebelumnya. Berarti, semua orang di sana buruk, tidak ada yang bagus. Dan ini (Azirwan) adalah yang terbaik dari yang buruk,” ujarnya.

Namun, Mendagri beralasan, masalah tersebut bisa juga dibandingkan dengan aturan soal jabatan kepala daerah. Kepala daerah yang pernah menjadi terpidana korupsi boleh mencalonkan diri lagi apabila hukumannya telah selesai. ”Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan soal itu. Dianalogikan dengan itu saja,” ujarnya.

Dengan analogi itu, PNS yang pernah dipidana karena korupsi boleh menjadi pejabat lagi. Apalagi, kata Gamawan, orang tidak boleh dihukum terus. ”Manusia kalau berdosa bisa minta ampun. Bisa saja khilaf,” ujarnya.

Akan tetapi, kata Gamawan, pihaknya akan mengkaji lebih lanjut. Sebab, saat ini diperlukan regulasi yang sesuai dengan semangat pemberantasan korupsi. ”Akan dievaluasi dan diatur secara rinci. Akan ada pertimbangan-pertimbangan, seperti HAM,” ujarnya.

Namun, dampak adanya mantan terpidana kasus korupsi yang menjadi pejabat publik, menurut Mudji, masyarakat akan bersikap tak peduli. ”Kepercayaan masyarakat terhadap pejabat publik seperti itu akan habis,” katanya. Krisis kepercayaan seperti itu terlihat dari fenomena pemilihan kepala daerah di DKI Jakarta.

Mudji menambahkan, dengan adanya kepentingan mempromosikan mantan terpidana kasus korupsi sebagai pejabat publik, kaderisasi kepemimpinan menjadi terabaikan. Padahal, potensi kaderisasi pemimpin yang baik dan berintegritas di daerah masih dapat diharapkan. (RAZ/FER/ANA/IAM/WHY)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com