Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilkada DKI dan Reformasi Jilid II

Kompas.com - 25/09/2012, 03:49 WIB

Ketiga, tingginya tingkat keterlibatan masyarakat pendukung Jokowi-Basuki. Keinginan akan perubahan dari warga Jakarta terlihat dari tingkat partisipasi yang tinggi dalam proses pilkada. Partisipasi dimaksud bukan hanya sebatas ikut memilih di hari pemilihan, melainkan ada begitu banyak inisiatif warga untuk mendukung kandidat yang dilakukan secara sukarela.

Bahkan, meskipun belum maksimal, pola dukungan warga dalam bentuk sumbangan finansial muncul dalam Pilkada DKI kali ini. Begitu juga pada hari pemilihan. Meski menurut informasi di lapangan ada berbagai macam bentuk intimidasi, baik sebelum maupun pada hari pemilihan dalam berbagai bentuk dan jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan putaran pertama, ternyata hal tersebut tidak menyurutkan tekad masyarakat untuk ikut menentukan masa depan kotanya. Tingkat partisipasi di putaran kedua berhasil menyamai putaran pertama yang cukup baik, yaitu di kisaran 65 persen.

Ringkasnya, ada tiga pembelajaran penting ke depan. Pertama, uang bukanlah segala-galanya dalam berpolitik. Memenangkan dan meyakinkan rakyat secara kreatif jauh lebih penting daripada pendanaan masif. Kedua, elite partai politik sudah saatnya sadar mereka harus mendengarkan suara dan aspirasi warga. Rakyat bisa mengalahkan kekuatan elite partai.

Ketiga, kandidat yang memberikan harapan segar dengan cerita pengalaman yang menginspirasi bisa membangunkan rakyat yang sudah apatis untuk ikut bergerak menentukan masa depannya. Semuanya ini menunjukkan bahwa demokrasi itu masih bisa dibuat menjadi milik rakyat; dari rakyat dan oleh rakyat. Uang dan kekuatan elite politik bahkan intimidasi tidak bisa mendominasi ketika rakyat betul-betul serius mau memiliki proses demokrasi ini.

Alangkah baiknya ke depan jika model atau contoh proses demokrasi di Jakarta bisa menjadi diceritakan dan contoh untuk daerah-daerah lain.

Harapan untuk Indonesia

Pertanyaannya, apakah kepemimpinan yang baru ini akan menunjukkan bahwa demokrasi ini betul-betul untuk rakyat? Apakah demokrasi yang dari dan oleh rakyat bisa menghasilkan kepemimpinan yang betul-betul untuk rakyat.

Di pundak Jokowi dan Basuki ada suatu beban dan tanggung jawab yang besar. Yang berharap pada mereka berdua bukan hanya warga Jakarta, melainkan seluruh rakyat Indonesia. Seluruh rakyat berharap cemas apakah kedua orang ini mampu menjawab tingginya ekspektasi yang ada.

Kemenangan mereka dalam pilkada sudah memulai suatu gelombang perubahan. Jika kemenangan itu diikuti keberhasilan memimpin Ibu Kota, 20 September 2012 akan diingat sebagai titik awal Reformasi jilid II dan bukan tidak mungkin hari itu akan diingat dalam lembar sejarah Indonesia sebagai hari yang sejajar dengan berdirinya Budi Utomo tahun 1908, deklarasi Sumpah Pemuda tahun 1928, Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945, dan Reformasi tahun 1998. Selamat berjuang Pak Jokowi, selamat berjuang Pak Basuki.

Sunny Tanuwidjaja Kandidat Doktor Ilmu Politik di Northern Illinois University

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com