Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atlet-atlet Muda Bermekaran di PON 2012

Kompas.com - 22/09/2012, 03:18 WIB

Iswandi, sprinter asal NTB, menambah kecepatan menjelang garis finis nomor lari 100 meter putra di PON Riau 2012, Rabu (12/9), di stadion atletik GOR Kaharudin Nasution. Dia bersaing ketat dengan Fadlin (NTB), Franklin Burumi (Papua), dan Farrel Oktaviandi (Jabar). Iswandi finis pertama, diikuti Fadlin di urutan kedua dan Franklin ketiga.

Tiga sprinter peraih emas, perak, dan perunggu di nomor atletik paling bergengsi itu adalah sprinter muda yang usianya maksimal 23 tahun. Iswandi dan Franklin masih 21 tahun dan Fadlin yang meraih emas nomor 200 meter berumur 22 tahun. Kemunculan sprinter muda di panggung atletik adalah harapan baru setelah sprinter Suryo Agung Wibowo, pemegang rekor Asia Tenggara nomor 100 meter putra, surut penampilannya.

Bukan hanya lari 100 meter yang memunculkan atlet muda berprestasi. Nomor lintasan dan lapangan juga memunculkan wajah-wajah baru peraih emas dan pemecah rekor. Di nomor 20 kilometer jalan cepat putra, Hendro (Jabar/21 tahun) mematahkan rekor nasional plus rekor PON.

Ridwan (NTB/23 tahun) mengukir rekornas nomor lari 800 meter putra. Dua pelari lainnya, Endro Kusworo (Jatim/19 tahun) dan Hernius LBN Siantar (Riau/21 tahun), juga memecahkan rekor PON 800 meter. Tiga pelari muda itu memecahkan rekornas yang bertahan sejak 1995 dan rekor PON yang bertahan sejak 1996.

Maria Natalia Londa (Bali/21 tahun) memecahkan dua rekor PON di nomor lompat jangkit putri dan lompat jauh putri atas namanya sendiri. Sementara Eki Pebri Ekawati (Jabar/20 tahun) memecahkan rekor PON nomor tolak peluru yang bertahan sejak 1989. Tim estafet putra 4 x 100 meter NTB meraih emas dan memecahkan rekor PON. Mereka adalah M Fatoniah (23), Sapwaturrahman (18), Fadlin (22), dan Iswandi (21).

Atlet muda di nomor lain juga unjuk prestasi. Tim estafet 4 x 100 meter putra Jatim yang meraih perak memiliki dua sprinter muda, Yudi Dwi (21) dan Mohamad Rozikin (19).

Tim estafet 4 x 400 meter putri Maluku yang meraih emas dan memecahkan rekor PON diperkuat tiga pelari muda, Alphina Tehupory (17), Nining Souhaly (19), dan Reny Clara (22). Tim estafet 4 x 100 meter dan 4 x 400 meter putri Jatim yang merebut emas dan perak semuanya pelari muda, yaitu Tri Setyo Utami (20), Musyafidah (23), Sulastri (20), Serafi Anelis Unani (23), dan Fitria Indah (19). Tri juga meraih emas nomor lari 200 meter, Serafi merebut emas 100 meter, dan Sulastri menggaet emas 400 meter.

Atlet muda yang pulang dengan emas di dada antara lain Andrian dari nomor lari 400 meter putra (NTB/21), Eko Wicaksono di nomor loncat tinggi galah putra (Lampung/18), Noval di nomor lompat jauh putra (Sulteng/17), Hakmali Sauda di nomor jalan cepat putra (Riau/ 19), Rohimayati di nomor sapta lomba (Bangka Belitung/21).

Mereka berjuang keras meraih prestasi terbaik di PON. Hendro, misalnya, hampir menyerah karena kelelahan di nomor 20 km jalan cepat. Namun, dia memaksakan diri menjejak finis pertama. Franklin yang cedera kaki setelah kecelakaan sepeda motor juga memaksakan diri turun di nomor 100 meter dan membawa pulang perunggu. Iswandi, yang biasanya menjadi pelari cadangan, membuktikan dirinya layak diperhitungkan.

”Saya menambah sendiri porsi latihan. Seminggu tiga kali latihan beban dan latihan kecepatan tanpa pelatih. Saya tidak menduga finis nomor satu karena saya bukan pelari unggulan,” kata Iswandi merendah.

Sekum PB PASI Tigor M Tandjung mengatakan, momentum PON Riau harus dimanfaatkan untuk persiapan SEA Games Myanmar 2013. Kondisi atlet yang panas setelah mengikuti PON perlu terus dijaga.

Menurut dia, dari hasil atletik di PON Riau, PB PASI membidik sejumlah atlet yang akan jadi pemasok emas di SEA Games 2013. Namun, beberapa nomor perlu jadi perhatian karena belum punya atlet pelapis nan setara dengan seniornya. ”Di maraton putra belum ada pengganti Yahusa yang mau pensiun. Di 400 meter putra, kami mencari pelapis Heru Astriyanto. Jauhari Johan yang biasa turun di 5.000 meter dan 10.000 meter beralih ke maraton,” kata Tigor.

Atlet senior pun galau karena belum ada atlet pelapis. Rini Budiarti (DKI/29), peraih tiga emas dari nomor 800 meter, 3.000 meter halang rintang, dan 1.500 meter, mengatakan tiba saatnya muncul wajah baru untuk menggantikan dirinya di nomor yang ”langka” atlet itu.

(WAD)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com