JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik, Ikrar Nusa Bakti, melihat dua hal positif yang membuat pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama unggul pada pemilihan kepala daerah DKI Jakarta. Menurut Ikrar, Jokowi-Basuki memiliki keunggulan pada simpul-simpul relawan yang mampu bergerak secara otonom dan pemanfaatan media sosial.
"Jokowi mampu menggerakkan simpul-simpul relawan tanpa dimobilisasi. Semua bergerak dengan otonom," kata Ikrar dalam acara peluncurun buku "Kartu Sukses Jokowi-Ahok" di Kemang, Jakarta Selatan, Minggu (16/9/2012) sore.
Dengan dukungan relawan yang memiliki latar belakang berbeda-beda dan bergerak secara mandiri, Jokowi dinilai lebih dapat masuk ke berbagai lapisan masyarakat. Selain itu, Wali Kota Solo itu relatif tidak mengeluarkan ongkos politik yang terlampau besar.
"Dari inspirasi ini, saya melihat Jokowi dan Ahok ini adalah ikon perubahan, terkait dengan kuasa rakyat yang mengalahkan kuasa uang," ujar Ikrar.
Menurut Ikrar, ada keprihatinan dalam sistem demokrasi yang mengandalkan pemilihan kepala daerah secara langsung. Pilkada langsung memunculkan biaya politik yang tinggi baik dari negara maupun para kandidatnya. Ongkos politik ini dapat memicu terjadinya politik transaksional, praktik korupsi, dan kemiskinan. Itulah sebabnya ia menyebut terobosan strategi yang dilakukan pasangan nomor urut 3 tersebut menjadi model baru dalam demokrasi politik Tanah Air.
Keunggulan lain dari Jokowi-Basuki dan gerakan Jakarta Baru yang mereka canangkan adalah kekuatan mereka pada komunikasi melalui berbagai media sosial. Kelas menengah dan kaum terpelajar secara swadaya menuangkan gagasan melalui berbagai tulisan dan gagasan melalui blog, Twitter, dan Facebook, hingga sosialisasi melalui Youtube dan BlackBerry Messenger.
Kontribusi komunikasi melalui media sosial itu, menurut Ikrar, menghasilkan efek yang signifikan. "Kelas menengah, memanfaatkan komunikasi melalui Twitter, Blog, Facebook sampai BBM. Ini kebangkitan media sosial dan hasilnya signifikan," kata Ikrar.
Pada pemungutan suara Pilkada DKI Jakarta putaran pertama, Juli silam, duet Jokowi-Basuki menang dengan meraih 42,60 persen suara. Karena perolehan suara tersebut tak melebihi 50 persen suara, maka pilkada harus dilanjutkan ke putaran kedua. Mereka bersaing dengan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (nomor urut 1) yang memperoleh 34,05 persen suara di putaran pertama. Mereka menyingkirkan empat kandidat lain, yakni Hendardji Soepandji-Ahmad Reza Patria (nomor urut 2), Hidayat Nur Wahid-Didik J Racbini (4), Faisal Basri-Biem Benjamin (5), dan Alex Noerdin-Nono Sampono (6).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.