Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hartati Murdaya Bawa Meja Rias dan Perabot Dapur

Kompas.com - 15/09/2012, 10:50 WIB

KOMPAS.com - Kamis (13/2) malam atau dua hari setelah Siti Hartati Murdaya Poo menjalani masa tahanan, sebuah mobil Avanza silver masuk ke pelataran parkir Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi. Saat pintu dibuka, satu persatu barang di dalamnya dikeluarkan. Selintas seperti melihat orang yang hendak pindah kos atau kontrakan rumah.

Ada lemari kecil, meja rias, rak plastik, gantungan pakaian, karpet, sampai perabot dapur. Barang-barang tersebut hendak dibawa masuk ke sel tempat Hartati ditahan di lantai bawah tanah (basement) Gedung KPK. Barang-barang tersebut harus melalui pencatatan dan pemeriksaan resepsionis Gedung KPK yang dijaga petugas satuan pengamanan.

Beberapa barang langsung tak diperbolehkan dibawa ke dalam sel seperti toples kaca berisi dua penganan kecil favorit Hartati, kacang goreng dan kacang mete. Setelah ditukar dengan toples plastik, kedua penganan kecil favorit Hartati itu akhirnya diizinkan dibawa masuk sel.

Petugas satuan keamanan Gedung KPK masih harus meminta izin petugas rutan untuk mengizinkan barang-barang lain seperti lemari kecil, meja rias, rak plastik, gantungan baju, hingga karpet. Karpet tebal seperti buatan Persia hendak dijadikan alas di sel tempat Hartati ditahan.

Sayangnya, semua barang-barang tersebut terpaksa tak diperkenankan dibawa ke dalam sel. Juru Bicara KPK Johan Budi SP mengatakan, semua keperluan tahanan seperti lemari hingga makanan sebenarnya sudah disediakan KPK.

Johan mengatakan, tidak perlu lagi tahanan membawa lemari hingga gantungan baju karena barang-barang tersebut pasti tak diizinkan dibawa ke dalam sel. Meja rias hingga perabot dapur juga tak diperkenankan dibawa ke sel.

”Kami kan sudah menyediakan lemari untuk pakaian, meski kecil. Juga ada tempat tidur sehingga tak perlu lagi ada karpet yang dipasang di dalam sel. Makanan juga sudah kami sediakan,” kata Johan.

KPK, ujar Johan, juga memahami kebutuhan spesifik tahanan akan makanan. Bila alergi terhadap suatu jenis makanan, KPK tentu tak menyediakannya sebagai menu bagi tahanan yang bersangkutan. Termasuk menurut Johan, bila memang Hartati adalah seorang vegetarian, KPK tidak akan memaksa dia memakan daging.

”Tetapi, tentu dia tak bisa mengatur menu seperti apa yang harus diberikan. Kalau dia membawa makanan dari luar sesuai yang diinginkannya, mungkin saja diperbolehkan petugas rutan,” katanya.

Hartati tampaknya tak siap hidup terkerangkeng di sel. Begitu ditahan KPK, raut muka mantan anggota Dewan Pembina Partai Demokrat ini terlihat layu. Suaranya lirih dan senyumnya yang biasa mengembang langsung hilang.

Penelusuran Kompas terhadap kesehatan Hartati setelah diperiksa dokter KPK, diperoleh informasi, orang dekat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan keluarganya itu secara fisik bisa dikatakan sehat. Namun, psikisnya sangat tertekan karena sebagai pengusaha kaya raya yang dekat dengan kekuasaan, dia harus berhadapan dengan kenyataan, yakni dipenjara dengan status tersangka korupsi.

Rabu malam ketika KPK memastikan Hartati harus ditahan, dia sempat bertutur lirih kepada petugas rutan. Hartati bercerita kalau dirinya terbiasa menjaga tubuh dan penampilannya. Perawatan seperti manicure, pedicure, hingga creambath rutin dilakukannya. Setengah berharap, Hartati ingin hal-hal tersebut bisa dilakukannya meski telah ditahan di rutan KPK.

Pejabat KPK yang diberi tahu petugas rutan soal keinginan Hartati hanya tersenyum kecil. ”Lah ditahan kok masih mau creambath, manicure, dan pedicure,” kata pejabat tersebut.

Hari-hari Hartati ke depan hampir pasti akan dihabiskan di sel sempit yang hanya bisa dikunjungi pada hari Selasa dan Kamis. Itu pun dengan waktu terbatas dari pukul 10.00 sampai 12.00.

Saat diperiksa sebagai tersangka pada Rabu (12/9), Hartati datang ke KPK menggunakan kursi roda. Kepada KPK, Hartati mengaku sakit. Gara-gara alasan sakit itu pula, Hartati tidak datang pada panggilan pertama pekan lalu.

Pihak Hartati menjanjikan akan menyerahkan bukti hasil diagnosis dokter kepada KPK untuk membuktikan bahwa Hartati benar-benar sakit. Namun, ternyata hasil diagnosis itu tidak ada.

Pendampingan dokter

Selama pemeriksaan, pihak Hartati meminta ada dokter yang mendampingi. Dokter tersebut juga diminta untuk mengecek kesehatan Hartati setiap tiga jam sekali.

Namun ternyata, setelah delapan jam memeriksa, dokter memastikan, Hartati dalam kondisi sehat sehingga bisa dilakukan penahanan.

Hingga Jumat (14/9) atau setelah dua hari di Rutan KPK, ternyata Hartati tetap baik-baik saja. ”Hingga kini kami tidak mendapat informasi yang bersangkutan ada masalah kesehatan,” kata Johan Budi. (KHAERUDIN/M FAJAR MARTA)

Ikuti berita terkait penahanan Hartati dapat diikuti dalam topik "Hartati Jadi Tahanan KPK" dan kasus dugaan suap yang menjeratnya dalam topik "Hartati dan Dugaan Suap Bupati Buol"

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Jokowi Terima Kunjungan Menteri Iklim Norwegia di Istana, Bahas Masalah Sawit hingga Aksi Iklim

    Jokowi Terima Kunjungan Menteri Iklim Norwegia di Istana, Bahas Masalah Sawit hingga Aksi Iklim

    Nasional
    Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Diisi Petinggi Gerindra, Dasco: Itu Hak Presiden Terpilih

    Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Diisi Petinggi Gerindra, Dasco: Itu Hak Presiden Terpilih

    Nasional
    Pertiwi Pertamina Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan dan Kesejahteraan Holistik Pekerja Pertamina

    Pertiwi Pertamina Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan dan Kesejahteraan Holistik Pekerja Pertamina

    Nasional
    Fraksi PDI-P Usul Pasal TNI Bisa Pensiun Usia 65 Tahun Dikaji Ulang

    Fraksi PDI-P Usul Pasal TNI Bisa Pensiun Usia 65 Tahun Dikaji Ulang

    Nasional
    Gunung Ibu di Halmahera Kembali Meletus, Abu Vulkanik Tertiup ke Pengungsian Warga

    Gunung Ibu di Halmahera Kembali Meletus, Abu Vulkanik Tertiup ke Pengungsian Warga

    Nasional
    Prabowo Sebut Indonesia Siap Evakuasi dan Rawat hingga 1.000 Warga Palestina di RS Indonesia

    Prabowo Sebut Indonesia Siap Evakuasi dan Rawat hingga 1.000 Warga Palestina di RS Indonesia

    Nasional
    Anggota Komisi I DPR Yakin RUU TNI Tak Bangkitkan Dwifungsi ABRI

    Anggota Komisi I DPR Yakin RUU TNI Tak Bangkitkan Dwifungsi ABRI

    Nasional
    Bertemu Menhan AS, Prabowo: Saya Apresiasi Dukungan AS Dalam Modernisasi Alutsista TNI

    Bertemu Menhan AS, Prabowo: Saya Apresiasi Dukungan AS Dalam Modernisasi Alutsista TNI

    Nasional
    Bertemu Zelensky, Prabowo Bahas Bantuan Kemanusiaan untuk Gaza

    Bertemu Zelensky, Prabowo Bahas Bantuan Kemanusiaan untuk Gaza

    Nasional
    Keluarga Besar Sigar Djojohadikusumo Gelar Syukuran Terpilihnya Prabowo Presiden RI di Langowan

    Keluarga Besar Sigar Djojohadikusumo Gelar Syukuran Terpilihnya Prabowo Presiden RI di Langowan

    Nasional
    Banyak Keterlambatan, Ketepatan Penerbangan Jemaah Haji Baru 86,99 Persen

    Banyak Keterlambatan, Ketepatan Penerbangan Jemaah Haji Baru 86,99 Persen

    Nasional
    Kemenhub Catat 48 Keterlambatan Penerbangan Jemaah Haji, Paling Banyak Garuda Indonesia

    Kemenhub Catat 48 Keterlambatan Penerbangan Jemaah Haji, Paling Banyak Garuda Indonesia

    Nasional
    PSI: Putusan MA Tak Ada Kaitannya dengan PSI maupun Mas Kaesang

    PSI: Putusan MA Tak Ada Kaitannya dengan PSI maupun Mas Kaesang

    Nasional
    Kunker ke Sichuan, Puan Dorong Peningkatan Kerja Sama RI-RRC

    Kunker ke Sichuan, Puan Dorong Peningkatan Kerja Sama RI-RRC

    Nasional
    Jokowi Beri Ormas izin Usaha Tambang, PGI: Jangan Kesampingkan Tugas Utama Membina Umat

    Jokowi Beri Ormas izin Usaha Tambang, PGI: Jangan Kesampingkan Tugas Utama Membina Umat

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com