Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Klaim Sudah Mencium Gelagat Teroris di Depok

Kompas.com - 09/09/2012, 12:35 WIB
Sabrina Asril

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com - Kepolisian Republik Indonesia membantah telah kecolongan dalam mendeteksi pergerakan kelompok teror di Depok, Jawa Barat. Kepolisian mengaku sudah mencium gerakan kelompok itu.

Hal ini diungkapkan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Brigadir Jenderal (Pol) Boy Rafli Amar, Minggu (9/9/2012), di lokasi ledakan Jalan Nusantara Raya, Beji, Depok. "Itu sudah dalam pemantauan kita. Cuma barang (bom rakitan) ini baru masuk kurang dari 24 jam," kata Boy.

Boy mengatakan, awalnya polisi sudah mencurigai aktivitas pengobatan tradisional yang dilakukan kelompok teror di rumah petak itu. Namun, peristiwa tidak disangka terjadi, yakni seorang peracik bom melakukan kelalaian sehingga komposisi bahan peledak tidak sesuai yang akhirnya menimbulkan ledakan.

"Itu hal biasa, banyak terjadi di daerah-daerah lainnya. Kami sudah dapat info kurang lebih 24 jam barang-barang itu masuk sampai terjadi peristiwa tadi malam," kata Boy.

Dengan aktivitas seperti itu, kepolisian memastikan bahwa mereka adalah kelompok teror. Namun, polisi masih belum mengetahui kaitan kelompok ini dengan kelompok teror lainnya. "Yang jelas ini bagian dari rencana aksi teror. Jelas-jelas ini merupakan bagian rencana aksi teror. Apakah orang-orang ini terkait dengan rencana lainnya? Kami butuh waktu untuk menyelidiki. Dari data analisis intelijen lainnya, akan kami kaitkan," kata Boy.

Ledakan diduga bom itu terjadi di Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara, Jalan Nusantara, pada Sabtu (8/9/2012) malam sekitar pukul 21.50. Akibat peristiwa itu, satu orang terluka parah dan dua orang lainnya luka ringan. Polisi sudah memeriksa delapan orang saksi termasuk pengurus RT dan penghuni rumah petak di samping sumber ledakan. Dari situ diketahui bahwa yayasan yatim piatu itu hanyalah kedok karena tidak pernah ada anak yatim yang tinggal. Pria yang mengontrak rumah petak itu pun baru tinggal sekitar dua bulan lalu di lokasi tersebut.

Selain itu, sebuah papan kayu bertuliskan pengobatan tradisional seperti bekam, rukiah, gurah, dan pengobatan herbal juga diduga hanyalah kedok. Menurut salah seorang warga bernama Dany Aditya, dirinya tidak pernah melihat ada warga yang menjadi pasien pengobatan itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com