JAKARTA, KOMPAS.com - Terduga teroris Solo yang berhasil dibekuk tim Detasamen Khusus 88 Antiteror beberapa waktu lalu memiliki keterkaitan dengan jaringan teroris lama dan pelaku teror terdahulu. Namun, kepolisian mengatakan, Farhan Mujahid (19) dan rekan-rekannya merupakan kelompok baru.
"Kalau kita lihat ada beberapa afiliasi. Ada kelompok NII (Negara Islam Indonesia) kewilayahan, ada juga yang background-nya mereka JAT (Jamaah Anssharut Tauhid). Ini memiliki keterkaitan dengan yang terdahulu, tapi mereka sendiri merupakan kelompok baru yang infonya mereka belum tetapkan namanya," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar, Selasa (4/9/2012).
Mereka diketahui memiliki hubungan dengan pelaku-pelaku sebelumnya. Bayu (24) terduga teroris yang ditangkap di Karanganyar, Jawa Tengah mengaku kenal dengan Sigit Qurdowi. Sigit merupakan jaringan teroris yang melakukan aksi teror bom di gereja dan kantor Mapolsek Pasar Kliwon di Jawa Tengah pada Desember 2010, juga aksi teror di Cirebon, Jawa Barat. Sigit dan pengawalnya, Hendro, tewas saat baku tembak di Jalan Pelajar Pejuang, Cemani, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (14/5/2011).
"Seperti Bayu yang punya hubungan dengan Sigit Qurdowi yang sudah tertangkap tahun lalu. Farhan memiliki keterkaitan dengan Abu Umar yang sedang jalani proses hukum saat ini. Ada keterkaitan, tapi mereka merupakan kelompok baru yang menyepakati untuk bersama melakukan aksi-aksi," ungkap Boy.
Farhan sendiri merupakan anak tiri Abu Umar. Abu Umar ditangkap Juli 2011 di Jakarta dan telah divonis 10 tahun penjara oleh pengadilan Negeri Jakarta Barat. Abu Umar terbukti menjadi pemasok senjata dari Filipina kepada kelompok teror di Indonesia. Farhan pun sebelumnya diketahui baru pulang dari Filipina. Sementara itu, baik Farhan dan Mukhsin (19) sama-sama bersekolah di Pondok Pesantren Al-Mukmin, Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah pimpinan Abu Bakar Ba'asyir.
Pihak kepolisian sejauh ini belum memeriksa Ba'asyir terkait tiga pemuda yang telah ditangkap ini. "Kita masih proses pembuktian dari olah TKP, periksa saksi-saksi dan tersangka. Jadi kita belum mengarah pemeriksaan kepada Ba'asyir," terang Boy.
Kepolisian pun mendalami keterkaitan masalah pendanaan teroris dengan jaringan hacker teroris, Rizky Gunawan alias Umar alias Udin. Rizky meraup keuntungan dengan meretas situs Multi Level Marketing (MLM) untuk pendanaan terorisme.
Sejumlah aksi terorisme yang diduga didukung dengan dana meretas situs online itu di antaranya aksi peledakan bom di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton di Tegalharjo, Jebres, Solo, pada 25 September 2011. Dana itu juga digunakannya untuk kegiatan pelatihan militer di Poso dan pembelian senjata api. Rizki sendiri telah ditangkap 3 Mei 2012 di Stasiun Gambir, Jakarta.
Diberitakan sebelumnya, Farhan dan rekannya Mukhsin (19) tewas dalam baku tembak dengan Detasemen Khusus 88 Antiteror di Jalan Veteran, Solo, Jumat (31/98/2012) malam. Dalam penangkapan tersebut, seorang anggota Densus 88 ikut tewas yakni Briptu Suherman.
Saat ini kepolisian masih memintai keterangan terhadap Bayu (24), terduga teroris yang ditangkap dalam keadaan hidup di Karanganyar, Jawa Tengah, Jumat (31/8/2012) malam. Farhan, Mukhsin, dan Bayu diduga kuat bertanggung jawab dalam tiga aksi penyerangan terhadap pos pengamanan dan pos polisi di Solo selama bulan Agustus 2012.
Pertama aksi penembakan di Pospam Simpang Gemblengan, Jumat (17/8/2012). Kedua, di Bundaran Gladak, Jalan Jenderal Sudirman, Sabtu (18/8/2012). Pada kejadian tersebut, dua polisi terluka. Kemudian, yang terjadi di Pos Polisi Singosaren, Jalan Rajiman Serengan, Solo, Kamis (30/8/2012) yang menewaskan seorang anggota kepolisian Bripka Dwi Data Subekti.
Sejauh ini, motif pelaku diketahui sebagai motif balas dendam terhadap aparat kepolisian. Polisi menjadi sasaran utama mereka terkait langkah penegakkan hukum pada pelaku teror lainnya. Mereka inginkan Polri membebaskan seluruh tahanan teroris itu.
Perkembangan terkait teror di Solo, ikuti topik "Teroris Solo".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.