Di Malaysia, beberapa kelompok pemerhati kesehatan masyarakat dan kalangan medis telah mengeluarkan pernyataan bersama menentang usulan AS yang menurut mereka akan mengurangi akses terhadap obat-obatan.
"Kami secara tegas menentang tuntutan AS untuk memperpanjang hak paten obat-obatan dan dan teknologi medis yang penting untuk menyelamatkan nyawa masyarakat Malaysia," kata pemimpin dari National Cancer Society Malaysia, Breast Cancer Welfare Association, Malaysian AIDS Council, MTAAG +, Thoracic Society Malaysia dan Mental Health Association Malaysia.
Menurut mereka, (penanganan penyakit) kanker payudara membutuhkan obat-obatan kemoterapi yang murah. Jenis obat-obatan HIV seperti Kaletra saja masih dianggap mahal saat ini, padahal obat ini diperlukan untuk mempertahankan dan memperpanjang hidup penderita HIV.
Masih banyak upaya penanganan penyakit lain seperti kanker, TBC, malaria dan diabetes, yang juga sangat bergantung pada obat-obatan generik.
Mereka menambahkan bahwa obat-obatan yang dipatenkan sangatlah mahal harganya, untuk pengobatan Glivec (untuk mengobati kanker gastro-intestinal) misalnya, butuh Rp 30.680.000 setiap bulannya per pasien. Sorafenib Tosylate (untuk mengobati kanker hati dan kanker ginjal) membutuhkan biaya Rp. 30.265.820 per bulan untuk 1 pasien, sedangkan dengan obat versi generik-nya hanya membutuhkan biaya sekitar Rp 1,1 juta saja.
Mereka meminta agar usulan AS, termasuk untuk perpanjangan masa paten, hubungan data, dan langkah-langkah pengawasan perbatasan, ditolak.
Banyak pihak yang mengkhawatirkan proses negosiasi TPPA yang sedang berlangsung dan dilakukan sepenuhnya secara rahasia ini. Karena mempengaruhi kesehatan publik/kepentingan orang banyak, negosiasi ini seharusnya secara transparan sehingga masih ada ruang untuk pengawasan publik. Situasi ini mendesak, karena upaya-upaya negosiasi TPPA berlangsung dengan intensitas yang sangat cepat dan dijadwalkan harus selesai pada akhir tahun ini.
* Direktur Eksekutif South Centre dan Kolumnis Koran Malaysia, The Star
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.