Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cunca Wulang, Sebuah Sensasi Petualangan

Kompas.com - 04/09/2012, 04:25 WIB

Oleh Samuel Oktora

Air terjun Cunca Wulang terletak sekitar 30 kilometer dari Labuan Bajo, Ibu Kota Kabupaten Manggarai Barat, Flores. Nusa Tenggara Timur. Namanya memang belum begitu dikenal di Indonesia, tetapi siapa sangka, obyek wisata alam nan eksotik ini justru sudah banyak dikenal hingga mancanegara. 

Rata-rata 150 wisatawan asing setiap bulan berkunjung ke obyek wisata yang terletak di Desa Cunca Wulang, Kecamatan Mbeliling, Manggarai Barat. Mereka ingin melepas rasa penasaran, sekaligus membuktikan sensasi yang ditawarkan dari air terjun tersebut.

Medan jalan yang harus dilewati dari Labuan Bajo ke Wersawe, kampung yang menjadi pintu masuk ke lokasi ini, naik turun dan berkelak-kelok. Jarak tempuhnya lebih kurang satu jam. Ini memang kondisi khas jalan negara di Flores, sekaligus tentunya menjadi kenangan tersendiri, terlebih udara di Cunca Wulang juga terasa sejuk. Wilayah ini terletak di lereng Gunung Mbeliling, dengan ketinggian 1.239 meter di atas permukaan laut.

Untuk menjangkau tempat ini tak terlalu sulit. Wisatawan dapat menyewa sepeda motor sekitar Rp 100.000 atau mobil dengan biaya sekitar Rp 500.000. Jalan menuju Kampung Wersawe juga sudah beraspal, hanya memang ada sejumlah ruas jalan yang rusak.

Medan dari Wersawe ke lokasi masih dalam bentuk jalan tanah sepanjang satu kilometer.

Dari kampung itu, kita akan melewati sejumlah perkebunan milik warga, yang ditanami komoditas seperti kemiri, kopi, dan kakao. Ada pula padi ladang, dengan pemandangan alam yang subur.

Namun, yang lebih seru, dalam perjalanan menuju air terjun Cunca Wulang, kita juga akan menyusuri hutan lebat. Pohon menjulang di kanan-kiri jalan dan rindangnya dedaunan akan memayungi tubuh kita dari terik matahari.

Dalam hutan itu juga terdapat sejumlah sarang burung gosong, satwa langka yang terkenal setia berpasangan sehidup semati. Burung ini juga banyak terdapat di kawasan Pulau Rinca, habitat komodo (Varanus komodoensis). Burung ini dikenal pula bersimbiosis dengan komodo, sebab sarangnya bisa dipakai komodo betina untuk bersarang.

Perjalanan melewati hutan lebih banyak posisi menurun. Selepas dari hutan, kita akan langsung menemukan lembah sungai dengan aliran air yang tenang dan jernih. Sungai itu dikelilingi bentangan batu alam yang memesona.

Dari lembah sungai, gaung limpasan air terjun terdengar menggelora. Untuk mendekat ke lokasi air terjun, kita perlu menyisir dari batu yang satu ke batu yang lain.

Langsung terjun

Byuurr…! Remo Luftus, wisatawan asal Swiss, langsung terjun dari tebing setinggi lima meter. Ia seperti tak bisa menahan diri lagi untuk menikmati dinginnya air terjun Cunca Wulang.

Remo dan sejumlah kawannya dari Swiss berwisata ke Indonesia dan salah satu destinasi yang dipilih adalah Manggarai Barat. Di kabupaten ini, selain ingin menonton komodo, mereka juga memilih ke Pulau Seraya dan Cunca Wulang.

”Tempat ini indah. Airnya segar sekali. Kedalamannya mungkin sekitar empat meter,” kata Remo setelah membuktikan berenang di Cunca Wulang.

Dalam bahasa setempat, cunca berarti ’air terjun’, dan wulang berarti ’bulan’. Konon ada yang mengatakan, bentuk air terjun ini seperti bulan.

Yang unik, di air terjun ini terdapat ngarai, lembah sungai yang diapit oleh tebing raksasa. Air sungai terpancar dari puncak tebing berwarna jernih kehijauan. Asyiknya, pengunjung dapat melompat dari tebing, terjun ke sungai untuk berenang. Segala kepenatan dalam perjalanan dari Labuan Bajo dan Wersawe serasa sirna oleh kesegaran air terjun di situ.

Banyaknya wisatawan asing yang berkunjung ke Cunca Wulang juga memberikan berkah bagi warga desa. Setiap wisatawan yang datang dikenai biaya retribusi Rp 10.000 untuk kas desa dan lembaga adat setempat. ”Setiap hari selalu ada turis asing ke sini,” kata Kepala Desa Cunca Wulang Abdul Wahid.

Namun, Abdul Wahid juga mengharapkan, sehubungan dengan makin terkenalnya obyek wisata Cunca Wulang, juga kian banyak dikunjungi wisatawan mancanegara, Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat menaruh perhatian, khususnya untuk perbaikan jalan menuju air terjun. ”Sejumlah ruas jalan dari Cikonobo ke Kampung Warsawe, sekitar 700 meter, dalam kondisi rusak berat,” katanya.

Menurut Bupati Manggarai Barat Agustinus Ch Dula, pemerintah kabupaten memprogramkan perbaikan jalan, termasuk untuk ruas jalan Cikonobo- Warsawe sepanjang lima kilometer pada tahun ini.

”Anggarannya untuk jalan sepanjang satu kilometer sekitar Rp 400 juta dan pemkab memberikan perhatian besar pada infrastruktur jalan, terutama yang mempunyai nilai produksi, akses ke obyek wisata unggulan, juga ke pasar-pasar,” ujarnya.

Puncak Mbeliling

Sensasi lain di Cunca Wulang adalah medan yang mendaki, terutama ketika akan kembali ke Kampung Wersawe. Tanjakannya menantang, meski tak terlalu panjang dan melelahkan. Setidaknya medan ini pas untuk berolahraga.

Dengan melihat topografi Cunca Wulang, obyek wisata ini cocok untuk wisatawan yang gemar petualangan atau menjelajah (tracking). Apalagi dari lokasi air terjun, wisatawan dapat mengunjungi puncak Mbeliling.

Cunca Wulang berada dalam bentangan alam Mbeliling, suatu kawasan tutupan hutan yang masih lestari dengan segala keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya.

Mbeliling merupakan kawasan tutupan hutan terluas di Pulau Flores, sekitar 26.000 hektar (ha). Hutan ini mempunyai banyak peranan, di antaranya, kebutuhan air sepanjang tahun masyarakat di Kabupaten Manggarai Barat berasal dari pasokan kawasan hutan ini.

Bagi wisatawan yang berkunjung ke Cunca Wulang serasa tanggung kalau tak singgah ke puncak Mbeliling.

Di puncak ini kita akan disuguhkan panorama alam yang memukau dan kita dapat pula menyaksikan indahnya Danau Sano Nggoang, sebuah danau berwarna hijau jernih. Luas danau ini sekitar 513 ha, dengan kedalaman mencapai 600 meter pada ketinggian 750 meter di atas permukaan laut. Danau Sano Nggoang dikenal pula sebagai danau vulkanik terbesar di kawasan wisata Indonesia timur.

Selain itu, dari puncak Mbeliling, kita dapat pula menyaksikan kawasan Taman Nasional Komodo.

Perjalanan ke puncak Mbeliling dapat ditempuh dari Wersawe dengan menggunakan kendaraan menuju Roe, Desa Cunca Lolos, lebih kurang 30 menit.

Dari Roe ke puncak Mbeliling dilakukan tracking lebih kurang tiga jam menyusuri hutan. Umumnya, wisatawan asing ke puncak pada siang hari, kemudian menginap di puncak untuk melihat keindahan panorama matahari terbit keesokan harinya.

”Di puncak Mbeliling biasanya yang diburu turis luar negeri, selain pemandangan alam, juga pengamatan burung (birdwatching) yang biasa dilakukan pada malam hari. Mereka juga umumnya sekalian mengunjungi Danau Sano Nggoang sebagai kaldera terbesar dan terdalam di Flores,” kata Konsultan Forest and Landscape Denmark (FLD) untuk Mbeliling Conservation Project, Frans Harum.

Pengamatan burung di hutan Mbeliling memang sayang dilewatkan karena di kawasan yang istimewa ini berkembang biak dengan baik empat burung endemis Flores, yang jarang ditemukan di wilayah hutan di daratan Flores lainnya. Keempat jenis burung itu adalah kehicap flores (Monarcha sacerdotum), serindit flores (Loriculus flosculus), gagak flores (Corvus florensis), dan celepuk flores (Otus Alfredi).

Tak jauh dari air terjun Cunca Wulang juga terdapat satu obyek wisata serupa yang tak kalah cantik, yakni Cunca Rami di Kecamatan Sano Nggoang. Dari Cunca Wulang ke lokasi ini lebih kurang membutuhkan waktu 1,5 jam perjalanan darat.

Biasanya turis yang berwisata ke Cunca Wulang tak akan melewatkan begitu saja Puncak Mbeliling, air terjun Cunca Rami, dan Danau Sano Nggoang. Boleh dikatakan ini ”satu paket wisata” yang penuh sensasi petualangan, selain ke habitat kadal raksasa, komodo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com