Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potensi Aren dan Politik Gula

Kompas.com - 29/08/2012, 06:09 WIB

Oleh Ahmad Arif/Laksana AS/Aswin Rizal Harahap/Amir Sodikin

Pohon aren (Arenga saccharifera) adalah salah satu kekayaan hayati Indonesia yang sejak lama diolah sebagai penghasil gula. Namun, politik gula tebu Belanda telah meminggirkan peran aren. Di tengah kebutuhan gula tebu yang belum tercukupi oleh produksi dalam negeri, produksi gula aren bisa menjadi jalan keluar. 

Naturalis Inggris, Alfred Russel Wallace, yang menjelajah Pulau Sulawesi 150 tahun silam, dibuat takjub dengan manfaat pohon aren. Dalam bukunya, The Malay Archipelago (1869), Wallace mencatat, aren telah dimanfaatkan masyarakat Sulawesi untuk menghasilkan gula.

”Gula yang dihasilkan dari tumbuhan ini memiliki rasa manis luar biasa,” Wallace menulis. Dalam buku ini, Wallace membuat ilustrasi pepohonan aren lengkap dengan orang yang hendak menyadap.

Dosen Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado, Julius Pontoh, mengatakan, sebelum kedatangan Belanda, masyarakat di Nusantara memanfaatkan aren, tebu, dan kelapa untuk menghasilkan gula merah dalam bentuk cetakan. Namun, tingginya permintaan gula putih di pasar internasional membuat pemerintah kolonial Belanda mengembangkan produksi gula tebu secara besar-besaran. ”Industri gula putih berbasis tebu dibangun secara masif, terutama di Pulau Jawa,” tutur lulusan doktor di bidang kimia gula Universitas Saskatchewan, Kanada, ini.

Indonesia kemudian berkembang menjadi produsen gula putih utama dunia. Puncaknya, tahun 1930-an, industri gula Indonesia menghasilkan 3 juta ton dari 179 pabrik gula. Sebanyak 2,4 juta ton gula diekspor.

Awalnya, gula putih ditujukan untuk ekspor. Namun, lama-kelamaan, produksinya terdistribusi di dalam negeri hingga menggeser posisi gula merah dari pola konsumsi masyarakat Indonesia. Masyarakat pun tergantung pada gula putih tebu.

Saat ini, kebutuhan konsumsi gula putih untuk rumah tangga sebesar 1.842.464 ton, nonrumah tangga 514.065 ton, dan industri 278.652 ton. Sementara produksi tahun 2011 sebesar 2.228.259,1 ton. Artinya, masih ada kekurangan produksi. Sebagian defisit kebutuhan itu dicukupi oleh gula impor. Apalagi, belakangan harga gula impor lebih murah daripada gula produksi dalam negeri.

Menurut Pontoh, aren layak dan cocok dikembangkan di Indonesia sebagai alternatif untuk memenuhi pasokan gula. ”Bukan untuk menggusur keberadaan industri gula pasir yang telah berkembang, melainkan memberi alternatif sekaligus menopang ketahanan pangan,” katanya.

Kelebihan aren

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com