Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Jazz "Beraroma" Ramadhan

Kompas.com - 30/07/2012, 15:10 WIB

Musik jazz awalnya muncul dari komunitas penduduk berkulit hitam di bagian selatan Amerika Serikat dan disebut-sebut terlahir dari campuran tradisi musik Afrika dan Eropa.

Jenis musik yang banyak menggunakan instrumen gitar, trombon, piano, trompet dan saksofon itu kemudian berkembang dan menyebar ke seluruh dunia, berpadu dengan berbagai jenis musik lokal dan melahirkan gaya-gaya musik jazz baru.

Ada jazz New Orleans pada awal 1990-an, lalu big band swing, Kansas City Jazz, Gypsy Jazz, Afro-Cuban Jazz, Latin Jazz, Jazz Rock, Soul Jazz, Urban Jazz dan masih banyak lagi.

Gaya musik jazz masih terus berkembang. Pemain trombon, komposer, dan penggubah musik jazz Amerika Serikat J.J Johnson dalam sebuah wawancara tahun 1988 mengatakan,"Jazz itu gelisah. Dia tidak akan tinggal diam dan tidak akan pernah."

Di Indonesia, jazz juga bertransformasi. Musisi dalam negeri memadukan jazz dengan berbagai unsur, ada yang menggabungnya dengan musik keroncong, ada pula yang menyatukannya dengan musik-musik rohani.

Dwiki misalnya, sejak tahun 2006 dia membentuk Dwiki Dharmawan Spiritual Jazz dengan personel yang tidak permanen. "Konsepnya memberikan pesan-pesan moral religi," kata Dwiki.

Pada Ramadhan Jazz, Dwiki bersama Dimas (drum) dan Shadu Rasjidi (bass) dalam Dwiki Dharmawan Spiritual Jazz menyajikan musik jazz nan dramatis dengan harmoni yang mampu mengaduk-aduk emosi penonton lewat sajian instrumental berjudul "Rima" dan "The Spirit of Peace."

Lalu Dwiki mengundang Iwan Abdie (vokal) dan Sa'ad (suling) untuk berkolaborasi menyuguhkan lagu "Rumput Bertasbih" karya Opick dan "Dengan Menyebut Nama Allah" milik Bimbo dengan aransemen yang lebih nge-jazz tanpa menghilangkan nuansa Islami-nya.

Kalau Dwiki menggunakan jazz untuk menyampaikan pesan-pesan religi, Idang Rasjidi menjadikan musik itu sebagai sarana untuk menghayati ayat-ayat Tuhan.

"Kita diberi kunci untuk menaruh hati, mengaduk-adukan perasaan. Jadi kalau main piano seperti membaca Al-Fatihah," kata Idang sebelum membawakan lagu karyanya, "Membaca Al-Quran".

Mereka mengubah rupa jazz dan menggunakannya sebagai instrumen dakwah.

Bagi Endah dari Endah n Rhesa, perubahan semacam itu adalah hal yang wajar karena jazz memang selalu berevolusi.
 
"Jazz itu improvisasi. Ada unsur kebebasan di situ karena jazz selalu berevolusi sampai sekarang, belum ketahuan ujungnya apa," kata Endah.
 
Dan seperti kata Seno Gumira Ajidarma dalam buku "Jazz, Parfum, dan Insiden", "..Tidak penting jazz itu apa, yang penting kita dengar saja musiknya. Rasa yang ditularkannya. Emosi yang diteriakannya. Jeritan yang dilengkingkannya..."

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com