Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggaran Gedung KPK Bisa Dikucurkan Tanpa Persetujuan DPR

Kompas.com - 28/06/2012, 16:02 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah dapat mengucurkan anggaran untuk pembangunan gedung baru Komisi Pemberantasan Korupsi tanpa ada persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, khususnya Komisi III. Pasalnya, anggaran itu sudah masuk dalam Undang-Undang APBN 2012 .

"Dana harus dicairkan kalau sudah ada di APBN. Semua lampiran dalam APBN yang sudah disahkan dalam paripurna harus dilaksanakan," kata Ramson Siagian, Direktur State Budget Watch, di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (28/6/2012).

Ramson mengatakan, jika Dewan belum menyetujui pembangunan itu, seharusnya anggaran tidak dimasukkan dalam APBN. Dengan demikian, kata dia, pimpinan KPK seharusnya segera menyurati Kementerian Keuangan agar segera mengucurkan dana.

Mantan anggota DPR dua periode itu menambahkan, tidak ada mekanisme pembintangan anggaran dalam semua UU yang mengatur keuangan negara, seperti UU Keuangan Negara dan UU Pembendaharaan Negara. Begitu juga dalam UU Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, DPRD (MD3).

Pembintangan itu, lanjut Ramson, membuka peluang tawar-menawar antara DPR dan pemerintah. "Ini potensial untuk lobi. Dibintangi dulu baru dicairkan," kata dia.

Wakil Ketua Komisi III Nasir Djamil mengatakan, anggaran gedung KPK tidak bisa dikucurkan tanpa ada persetujuan dari DPR. "Kalau bisa, ya dicairkanlah. Menteri Keuangan (Agus Martowardojo) lebih tahu soal anggaran. Lalu, kenapa enggak dicairkan? Itu artinya memang kalau dibintangi ya belum bisa dicairkan," kata Nasir dari Madinah, Arab Saudi.

Seperti diberitakan, penjelasan pihak KPK, total biaya yang dibutuhkan untuk membangun gedung di tanah seluas 27.600 meter persegi mencapai Rp 225,7 miliar. Rincian anggarannya yakni biaya pekerjaan fisik senilai Rp 215 miliar, konsultan perencana Rp 5,48 miliar, manajemen konstruksi Rp 4,38 miliar, dan pengelolaan kegiatan Rp 766 juta.

Jika disetujui, anggaran akan dikucurkan dalam waktu tiga tahun mulai dari 2012 sampai 2014. Tahap pertama, akan dikucurkan Rp 16,7 miliar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
     PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Nasional
    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

    Nasional
    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    Nasional
    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    Nasional
    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Nasional
    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Nasional
    'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    "Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    Nasional
    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Nasional
    Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

    Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

    Nasional
    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Nasional
    Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Nasional
    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

    Nasional
    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com