Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, melalui rilis yang dikirim, Senin (18/6), mengatakan, hasil survei selalu dijadikan bahan evaluasi bagi Partai Demokrat. Termasuk hasil survei Lingkaran Survei Indonesia yang menyebutkan elektabilitas Partai Demokrat kian menurun.
Jika benar ada penurunan, menurut Anas, Partai Demokrat akan lebih fokus bekerja keras untuk menaikkan kembali tingkat elektabilitas. ”Caranya adalah, pertama, memastikan pemerintahan Presiden SBY yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat untuk terus meningkatkan kinerja,” katanya.
Peningkatan kinerja pemerintahan itu penting untuk menaikkan tingkat kepuasan rakyat. Sebab, Anas meyakini, kepuasan rakyat atas kinerja pemerintahan merupakan basis utama keberhasilan partai pemerintah.
Cara lain yang juga perlu dilakukan ialah menyosialisasikan capaian dan kinerja pemerintah, partai, dan kader kepada masyarakat luas. ”Berita-berita positif yang menyangkut pemerintahan, partai, dan para kader semestinya bisa disebarluaskan kepada publik,” ujarnya.
Selain peningkatan kinerja pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden Yudhoyono, kinerja para kader juga harus ditingkatkan. Para kader harus fokus melakukan kerja-kerja yang bermanfaat bagi rakyat.
Hal yang tak kalah penting, menurut Anas, bahwa para kader bisa terus menjaga soliditas dan kekompakan internal. Masyarakat melihat Partai Demokrat bukan sebatas partai yang terus berkonflik.
Peningkatan prestasi dalam pemilihan umum kepala daerah (pilkada) juga penting untuk meningkatkan elektabilitas partai. Makin banyak kader Partai Demokrat yang memenangi pilkada makin kokoh pula basis serta jaringan politik di daerah.
Namun, pengamat politik Yunarto Wijaya menilai, penurunan popularitas Partai Demokrat tidak melulu karena sejumlah petingginya terbelit kasus korupsi. Penyebab mendasar penurunan popularitas itu adalah kegagalan Partai Demokrat untuk bertransformasi menjadi partai modern.
Salah satu ciri utama partai modern adalah tidak tergantung kepada satu tokoh. Selain itu, partai modern memiliki mekanisme internal yang matang, tanpa tergantung tokoh tertentu dalam mengambil berbagai keputusan penting.
Situasi partai modern, menurut Yunarto, sama sekali tidak ditemui di Partai Demokrat. Padahal, ketika didirikan, partai ini mengklaim sebagai partai yang modern. ”Aspek modern di Partai Demokrat hanya pada ideologinya yang ’tengah’, yakni nasionalis religius. Dari sisi kultur, Partai Demokrat sama sekali tidak modern,” paparnya.
Partai Demokrat, yang memenangi Pemilu 2004 dan 2009, sangat bergantung pada sosok SBY. ”Partai Demokrat tak ubahnya SBY Fans Club,” ucapnya.
Padahal, publik mengetahui betul, pada 2014, SBY tidak bisa lagi mencalonkan sebagai presiden. Dengan demikian, SBY tak dapat menjadi magnet untuk menarik publik mendukung Partai Demokrat.