Meski dunia terus menekan dan sebagian anggota PBB ingin melakukan intervensi militer ke Suriah, Damaskus tak pernah gentar. Konflik senjata mematikan terjadi setiap hari di kota- kota basis oposisi, seperti Homs, Deraa, Al-Kubeir, dan Al-Heffa.
PBB menegaskan, pasukan Suriah semakin tak manusiawi. Mereka memaksa anak-anak terlibat konflik dan menjadikannya sebagai ”perisai hidup”. Anak-anak yang dijadikan tameng itu berusia paling kecil 9 tahun. Mereka menjadi korban pembunuhan, penangkapan, penahanan sewenang-wenang, serta penyiksaan dan kekerasan seksual.
”Luar biasa, saya melihat kebrutalan terhadap anak-anak di Suriah, di mana anak perempuan dan laki-laki ditahan, disiksa, dieksekusi, dan digunakan sebagai tameng hidup,” ungkap Radhika Coomaraswamy, wakil khusus PBB untuk anak-anak yang jadi sasaran konflik bersenjata.
Misi Pemantau PBB untuk Suriah (UNSMIS) mengatakan, pihaknya telah menerima laporan, sejumlah warga sipil termasuk anak-anak dan perempuan terkurung di dalam kota Al-Heffa. UNSMIS sedang berusaha keras mengevakuasi mereka.
Laporan PBB lainnya menyebutkan, pasukan milisi propemerintah, yakni Shabiha, mengepung Ain al-Arouz di Provinsi Idlib selama empat hari sejak 9 Juni. Di antara 11 korban tewas pada hari pertama, ada tiga anak berusia 15-17 tahun. Di antara 34 warga yang ditangkap, ada dua anak laki-laki berusia 14 dan 16 tahun dan satu anak perempuan berusia 9 tahun.
Di tengah kekhawatiran kasus pembantaian baru oleh rezim, Sekjen PBB Ban Ki-moon menuntut akses masuk ke kota Al-Heffa. Di kota di dekat perbatasan dengan Turki itu berdiam 30.000 warga Suriah.
Ban bergabung bersama utusan khusus PBB-Liga Arab, Kofi Annan, menuntut rezim membolehkan pemantau militer tidak bersenjata dari UNSMIS masuk di Al-Heffa. ”Sekjen menekankan pentingnya akses tanpa hambatan bagi UNSMIS di Al-Heffa, di tengah laporan tentang meningkatnya pengepungan oleh pasukan pemerintah di sekitar kota,” kata satu pernyataan Ban.
Pasukan Bashar telah melancarkan ”operasi militer intensif” dalam melawan oposisi. Mereka melakukan ”pembersihan” dan menembak dari helikopter untuk mematikan kubu prodemokrasi, seperti terjadi di wilayah Homs. Puluhan warga sipil pun telah menjadi korban kekerasan.