Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahaya Tanah Ambles di Sidoarjo Ancam Nyawa Warga

Kompas.com - 29/05/2012, 11:51 WIB
Kontributor Surabaya, Achmad Faizal

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com — Enam tahun menyemburkan lumpur panas tanpa ada upaya penghentian, banyak pihak mengkhawatirkan akan bahaya subsiden atau tanah ambles di kawasan semburan lumpur panas Sidoarjo yang saat ini sudah meluas mencapai 680 hektar. Kekhawatiran itu cukup beralasan karena semburan lumpur ke permukaan tanah dimungkinkan akan menciptakan rongga di lapisan bawah tanah yang pada tekanan tertentu tidak akan mampu menahan beban berat tanggul yang terus ditinggikan.

"Pemerintah harus cepat mengambil tindakan untuk meminimalisasi subsiden yang juga berpotensi mengancam lahan, bahkan nyawa warga di sekitar tanggul lumpur yang lebih luas," kata penggagas penghentian semburan lumpur Sidoarjo dengan teori Bernoulli, Ir Jaya Laksana, Selasa (29/5/2012).

Menurut dia, penutupan semburan lumpur panas dengan prinsip teori Bernoulli masih tetap relevan dilakukan. Konsep ini juga meminimalisasi potensi subsiden karena, melalui bendungan yang dibangun, akan kembali mengalirkan lumpur ke dalam tanah, dan menutup rongga tanah yang kosong. Prinsip teori Bernoulli dipercaya mampu menghentikan lumpur panas dengan cara membuat bendungan yang melebihi total head (ketinggian maksimal) semburan yang dibuat melingkari pusat semburan.

"Dengan mengetahui total head semburan, maka semburan dapat dikendalikan dan dihentikan saat itu juga," jelasnya.

Secara terpisah, Humas BPLS Ahmad Khusairi mengatakan, pihaknya sudah memperhitungkan potensi subsiden serta potensi lain, seperti over toping dan jebolnya tanggul, yang mengancam akses transportasi kereta api.

"Namun, kami belum menemukan konsep penutupan semburan yang paling tepat karena beberapa konsep yang kami pelajari masih gambling dan high cost, jadi sementara kami fokus pada dampak masalah sosial dulu," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com