Penolakan warga terjadi saat acara sosialisasi well test di Balai Desa Kalidawir, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo, Jumat (25/5). Sosialisasi diikuti aparat desa, ketua rukun tetangga, dan puluhan warga. Begitu Kepala Desa Kalidawir M Shirot, mempersilakan Lapindo memberi penjelasan, sejumlah warga berteriak menolak sambil meninggalkan balai desa.
”Well test apa? Desa Kalidawir tidak dijual! Kami menolak pengeboran Lapindo,” kata Tuminah, salah seorang warga.
Meski begitu, acara sosialisasi tetap dilanjutkan. Menurut pihak Lapindo, well test merupakan kegiatan rutin untuk merawat sumur gas. Itu dilakukan dengan memasukkan kabel yang dilengkapi alat pengukur tekanan gas ke sumur berkedalaman 1.000 meter. Dengan begitu, tidak ada pengeboran dalam aktivitas ini.
Aktivitas pengecekan rencananya tiga hari, guna mengetahui informasi cadangan gas di dalam sumur. Informasi tersebut berguna untuk merencanakan alokasi gas ke masing-masing pihak yang membutuhkan.
External Relations Superintendent Lapindo Brantas Inc Arief Setyo Widodo mengatakan, well test merupakan kegiatan rutin sehingga tidak berisiko. Warga sebetulnya tidak perlu khawatir.
Sejumlah warga yang masih sempat bertahan dalam acara sosialisasi mengaku masih trauma dengan pengeboran di Porong tahun 2006 lalu. Warga juga kecewa karena selama tujuh tahun hadir di desa itu, Lapindo ingkar janji untuk membangun masjid dan infrastruktur desa.
Hasib, warga setempat, menilai kehadiran Lapindo selama ini justru lebih banyak merugikan. Isu pengeboran membuat warga hidup dalam kekhawatiran. Aparat desa dicurigai oleh warganya sendiri, saat antara warga yang setuju dengan yang menolak Lapindo terjadi konflik.
Menanggapi hal itu, Arief mengatakan, kegiatan well test akan ditangguhkan. Pihaknya akan mendekati warga agar mendapatkan penjelasan yang utuh. Tentang janji pembangunan masjid dan infrastruktur, Arief akan mengeceknya kembali.