Nagan Raya, Kompas -
Ekspansi lahan sawit dan pembakaran lahan menjadi penyebab utama kehancuran hutan gambut di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) itu. ”Saat ini, ketinggian rata-rata rawa gambut ini sama dengan permukaan laut. Jika terus menurun lima sentimeter, dalam 25 tahun ke depan akan turun 1,5 meter. Artinya, rawa akan tenggelam dan hilang,” kata Kepala Bidang Kehutanan pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Nagan Raya Hariyanti Nova, Jumat (11/5).
Sejak tahun 2010, hutan rawa gambut Tripa dimasukkan ke KEL, yang semestinya dilindungi dan tak diperuntukkan bagi perkebunan. Saat sudah masuk ke KEL, kondisi rawa habitat flora dan fauna paling beraneka ragam di Sumatera itu sudah rusak.
Izin hak guna usaha bagi perusahaan-perusahaan sawit ada sejak tahun 1980. Dari luas semula 62.000 ha, tahun 1998 tersisa 35.000 ha karena mayoritas beralih fungsi menjadi lahan sawit. Alih fungsi lahan hutan menjadi perkebunan kian cepat hingga tinggal 11.504,3 ha.
”Vegetasinya dibabat dan diganti sawit. Lahan gambut yang berair pun kering. Apalagi, perusahaan-perusahaan sawit itu membuat kanal-kanal. Tanah gambut menyusut. Kondisi makin parah karena ada pembakaran untuk pembukaan lahan. Akibatnya, tanah gambut terus menyusut,” kata Hariyanti.
Pekan lalu, penyidik Kementerian Lingkungan Hidup, Markas Besar Kepolisian Negara RI, dan Kejaksaan Agung mendatangi langsung lahan milik dua perusahaan. Keduanya dalam proses penyelidikan seusai dibuat berita acara pemeriksaan.
Pemantau hutan gambut Tripa dari Yayasan Ekosistem Leuser, Indriyanto, mengatakan, pada tahun 2008, YEL pernah meneliti penurunan lahan di Tripa. Periode 2008-2012 terjadi penurunan hingga 20 cm. ”Artinya, pada tahun 2037 gambut Tripa turun 160 sentimeter,” katanya.
Hasil pencitraan satelit per 16 April 2012, luasan hutan tersisa ada 11.504,3 ha. Kehancuran hutan minimum periode Januari- April 2012 mencapai 805,4 ha. Hutan yang sudah hancur sejak tahun 2009 hingga Desember 2011 seluas 5.069,9 ha.
”Jika terus terjadi, dalam tiga tahun, hutan rawa Tripa akan hilang,” katanya.