Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Jakarta Pun Ada Kampung Batik

Kompas.com - 06/05/2012, 14:12 WIB

Setelah warga menerima konsep kampung batik yang ditawarkan Bimo dan teman-temannya, konsep ini kemudian disepakati oleh 13 rukun tetangga (RT) dari 15 RT di wilayah Palbatu. Selama satu tahun, sudah dua RT rumah warga yang dicat dengan motif batik, masing-masing RT terdiri dari 50-an rumah. Tahun ini, rumah-rumah di lima RT lainnya akan dicat dengan motif batik. Sisanya akan terus dilanjutkan tahun-tahun berikutnya.

"Kami berharap, dua RT lagi bisa menyetujui konsep kampung batik ini sehingga seluruh wilayah Palbatu bisa menjadi kampung batik sebesar Laweyan di Solo. Saat ini saja, sudah ada 7 gerai batik yang dibangun setelah konsep kampung batik ini diterapkan," tambah Bimo.

Batik Betawi

Menurut Bimo, dipilihnya Palbatu sebagai wilayah penerapan konsep kampung batik di Jakarta merupakan hal yang tepat. Ia menuturkan, dalam sejarahnya, Palbatu merupakan titik persinggungan antara Setiabudi-Karet-Semanggi-Benhil-Tanah Abang-Palmerah, yang dulunya merupakan tempat produksi batik Betawi. 

"Sekarang wilayah-wilayah itu sudah jadi pusat kegiatan komersial, jadi saya rasa tepat jika kami memilih Palbatu sebagai wilayah untuk melestarikan budaya Indonesia," ujar Bimo.

Bagi Bimo, membangun kampung batik di Palbatu merupakan perjuangan kecil yang bisa dilakukannya bersama teman-temannya untuk melestarikan budaya di Jakarta yang megapolitan. Jika tahun lalu mereka hanya berempat, kini semua warga Palbatu sudah membuka diri untuk membantunya membangun konsep kampung batik. Upaya itu juga didukung oleh Yayasan Nalacity yang telah mengirimkan tenaga untuk mengadakan Jakarta Batik Carnival 2012. Ada pula tambahan sponsor dari perusahaan AkzoNobel Decorative Paints Indonesia (PT ICI Paints Indonesia), yang dikenal sebagai penyedia cat premium Dulux.

"Harapan saya dengan adanya kampung batik ini adalah warga bisa mengerti mengapa batik harganya mahal karena pembuatannya sulit. Namun, sesulit-sulitnya pembuatan batik, ini adalah warisan nenek moyang ratusan tahun lalu, yang harus kita lestarikan hingga seratus tahun kemudian," kata Bimo.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com