Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Endang Sedyaningsih, Peneliti yang Menjadi Birokrat

Kompas.com - 03/05/2012, 11:26 WIB

Ia tetap tegar ketika mengajukan permohonan dirinya untuk mundur sebagai Menkes kepada Presiden SBY yang menjenguknya, Kamis pekan lalu, di RSCM.

Menurut Prof David Muljono, dokter yang juga peneliti hepatitis di Lembaga Eijkman, Endang adalah tokoh yang paling berjasa untuk meloloskan usulan ke sidang Dewan Kesehatan Sedunia di Geneva pada Mei 2010. Atas usulan itu hepatitis diakui sebagai wabah dunia dan harus diperingati secara rutin setiap tahun. ”Beliau mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional,” kata David.

Bersahaja

Kebersahajaan Endang sebagai peneliti ilmu kesehatan masyarakat masih lekat di ingatan. Suatu hari di bulan Agustus 1996 di Bandara Logan, Boston, AS, Endang menyambut saya dan keluarga. Sebagai mahasiswa doktoral di Universitas Harvard ia jauh dari kesan snob. Ketika itu ia bergaun terusan panjang di bawah lutut dan memanggul ransel. Apartemennya sederhana, tetapi tertata rapi dan bersih.

Bulan Maret 1997 ia berhasil mempertahankan disertasinya tentang kehidupan para pekerja seks komersial di Kramat Tunggak, Jakarta Utara, dan perilaku para pelanggan mereka yang rawan bagi penularan HIV/AIDS. Ketika itu, isu AIDS sedang naik daun di dunia, termasuk Indonesia.

Terkait penyakitnya, Endang menjadi perokok pasif karena Indonesia adalah ”surga” bagi perokok. Asap rokok lingkungan (environmental tobacco smoke) jauh lebih beracun dan karsinogenik dibandingkan asap rokok utama (mainstream smoke). Ini yang mungkin memicu kanker paru yang diidap Endang.

Ia dan keluarganya untuk pertama kali mengetahui bahwa dirinya mengidap kanker paru ketika melihat hasil rontgen parunya pada 22 Oktober 2010.

Endang tetap tegar. Tanggal 22 Desember 2010 ketika meluncurkan buku Perempuan-perempuan Kramat Tunggak di Bentara Budaya Jakarta, ia masih terlihat sehat dan segar. Dan ia tetap tegak tegar ketika diwawancara di rumah dinasnya beberapa pekan kemudian (Kompas, 23 Januari 2011). Malah ia bisa menertawakan dirinya sendiri sambil menyanyikan lagu David Bowie ”Dead Man Walking”.

Salah satu perjuangan Endang yang berani melawan arus adalah membuat Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan. Kantor Kemenkes tak jarang didemo oleh para petani tembakau dan buruh industri rokok. Bahkan fotonya pernah terpampang di baliho besar sebagai salah satu dari 10 musuh petani tembakau dan buruh industri rokok (Buku Indonesia–The Heaven for Cigarette Companies and the Hell for the People, FKM UI, 2012).

Padahal, tujuan RPP itu tak lain adalah mengamankan mereka yang belum menjadi perokok dan para perokok pasif. Tidak dimaksudkan untuk mematikan industri rokok dan melarang penanaman tembakau.

Disalahpahami dan difitnah memang risiko jabatan bagi pejabat tinggi negara. Namun, Endang telah membuktikan bahwa ia tetap bekerja sampai saat-saat terakhir, sebelum akhirnya ia menyerah dan harus meminta cuti sebulan untuk berobat, lalu dipuncaki dengan permohonannya mengundurkan diri. Ini menunjukkan kejujurannya untuk tidak mengangkangi jabatan yang diamanahkan kepada dirinya. 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com