Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dicekam Ketidakpastian

Kompas.com - 23/04/2012, 03:34 WIB

A TONY PRASETIANTONO

Berpulangnya Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Widjajono Partowidagdo menambah ketidakpastian dan tekanan dalam perekonomian Indonesia. Ketidakjelasan arah harga bahan bakar minyak bersubsidi telah menimbulkan ketidakpastian ekonomi dalam beberapa pekan terakhir.

Kredit konsumsi cenderung turun karena pelaku ekonomi cenderung menunggu harga BBM (Kompas, 21/4). Sikap ini menyebabkan hilangnya kesempatan mendorong pertumbuhan ekonomi. Karena itu, pertumbuhan ekonomi 2012 bakal lebih rendah dari 6,5 persen seperti tahun lalu.

Widjajono, dengan latar belakang akademik kuat dalam ekonomika perminyakan (petroleum economics), selama enam bulan menjabat wakil menteri terbukti aksentuatif dan mampu menjadi ”bemper” pemerintah dalam diskusi publik.

Karena itu, kepergiannya diduga akan memperlemah kemampuan pemerintah menjelaskan dan meyakinkan publik seputar isu harga minyak dan konsekuensinya terhadap fiskal. Sulit membayangkan tugas ini dibebankan kepada Menteri ESDM Jero Wacik yang merupakan ”orang baru” di sana.

Ketidakpastian menjadi kian terasa karena sepekan terakhir harga minyak dunia turun. Harga minyak Brent tertekan menjadi 118 dollar AS per barrel, sedangkan minyak jenis West Texas Intermediate turun menjadi 104 dollar AS per barrel.

Penyebabnya dua hal. Pertama, kekhawatiran perlambatan ekonomi dunia sehingga menurunkan permintaan minyak. Kedua, cadangan minyak Amerika Serikat ternyata lebih besar daripada perkiraan semula yang menimbulkan sentimen positif penurunan harga minyak.

Selain harga minyak, hal positif lain adalah Bank Sentral Eropa melanjutkan kebijakan operasi menambah likuiditas. Bank komersial di Eropa bisa meminjam 1 triliun euro dengan bunga rendah. Likuiditas longgar diharapkan menggairahkan perekonomian Eropa, khususnya yang terkena krisis serius, yaitu Yunani, Italia, Spanyol, Portugal, dan Irlandia.

Jika tren harga minyak dunia turun, harga minyak Indonesia di pasar dunia juga akan di bawah 120 dollar AS per barrel. Implikasinya, kondisi ini tidak memenuhi syarat izin DPR agar pemerintah dapat menaikkan harga BBM bersubsidi. Kalau ini terjadi, dampak negatifnya adalah konsumsi BBM bersubsidi akan cenderung boros, tidak efisien, dan tidak menimbulkan insentif bagi penggunaan energi alternatif.

Ke depan, harga minyak dunia tampaknya akan mengalami tekanan tatkala konsumen mulai rasional. Dewasa ini, harga BBM di AS adalah 4 dollar AS per galon atau sekitar 1,1 dollar AS per liter. Harga ini setara dengan harga Pertamax di Indonesia. Bahkan, bagi konsumen AS, harga ini kemahalan. Harga yang dianggap normal adalah 2,5 dollar AS per galon. Karena itu, muncul spekulasi di AS bahwa Presiden Barack Obama akan pragmatis menekan harga minyak dunia, misalnya dengan melepas cadangan minyak untuk menaikkan pasokan dunia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com