Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merasa Diintimidasi Media, Nunun Pindah ke Bangkok

Kompas.com - 16/04/2012, 16:11 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Terdakwa kasus dugaan suap cek perjalanan, Nunun Nurbaeti, mengungkapkan perjalanannya selama buron ke luar negeri dalam persidangan yang berlangsung di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin (16/4/2012). Nunun diperiksa sebagai terdakwa dalam persidangan tersebut.

Menurut Nunun, dia memulai perjalanannya ke luar negeri saat bertolak ke Singapura pada Februari 2010. Waktu itu, Nunun hendak mengobati sakit saraf di kepalanya.

"Saya dengan izin suami ke Singapura untuk berobat, suami saya juga bikin surat ke KPK berizin berobat," ujar istri mantan Wakil Kepala Polri, Komjen (Purn) Adang Daradjatun itu.

Setelah sekian lama menetap di Singapura, Nunun mulai resah lantaran dirinya ditetapkan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai tersangka. Nunun pun merasa diintimidasi media yang membuntutinya hingga ke Singapura.

"Mereka (awak media) datang ke dokter saya dan mengatakan saya orang jahat, koruptor, sehingga saya tidak bisa berobat lagi di Singapura. Padahal ketika itu saya sedang parah-parahnya," ujar Nunun.

Karena itulah, Nunun kemudian pindah ke Bangkok, Thailand. Hingga 10 Desember 2011, Nunun akhirnya ditangkap kepolisian internasional (Interpol) di "Negeri Gajah Putih" itu.

Dalam persidangan kali ini, Nunun juga bercerita soal sakit yang dideritanya. Menurut Nunun, dirinya harus mengonsumsi obat seumur hidup karena sakit saraf yang dideritanya itu.

"Sejak tujuh tahun lalu saya diberikan obat tersebut, sampai sekarang saya minum obat itu. Kalau enggak, saya enggak bisa ada di sini, jadi selama hidup saya, saya harus konsumsi itu," ujar Nunun.

Adapun Nunun didakwa memberikan sejumlah cek perjalanan senilai Rp 20,8 miliar melalui Arie Malangjudo ke anggota DPR 1999-2004, di antaranya Hamka Yandhu (Partai Golkar), Dudhie Makmun Murod (PDI-P), Udju Djuhaeri (TNI/Polri), dan Endin J Soefihara (PPP). Pemberian cek itu diduga untuk pemenangan Miranda Goeltom sebagai DGSBI 2004. Miranda pun ditetapkan sebagai tersangka kasus ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

    Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

    Nasional
    SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

    SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

    Nasional
    'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

    "Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

    Nasional
    Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

    Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

    Nasional
    Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

    Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

    Nasional
    Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

    Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

    Nasional
    Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

    Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

    Nasional
    Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

    Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

    Nasional
    Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

    Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

    Nasional
    'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

    "Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

    [POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

    Nasional
    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
     PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Nasional
    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com