Mengenai pengembangan sumber daya manusia, kerja sama pertanian diarahkan pada peningkatan kemampuan ahli pertanian Indonesia melalui jalur pendidikan tinggi. Di sini Pemerintah Selandia Baru menyediakan beasiswa. ”Negeri Kiwi” ini dikenal unggul dalam ilmu dan teknologi pertanian serta
Menyangkut produk-produk daging dan susu, kiranya perlu kehati-hatian pemerintah. Bagaimanapun, peternak perlu mendapat perlindungan dan insentif dari pemerintah agar kesejahteraan mereka terangkat. Penyeimbangan komitmen pemerintah terhadap negara lain di satu pihak dengan komitmen menyejahterakan bangsa perlu disiasati secara cerdas.
Untuk lingkungan hidup, kerja sama diprioritaskan pada pengembangan sistem manajemen lingkungan dan mitigasi perubahan iklim. Khusus perubahan iklim, Indonesia perlu banyak bertukar pengalaman dengan Selandia Baru yang memang ahli di bidang ini. Namun, ke depan kesepakatan perlu lebih dirinci agar pembangunan berkelanjutan dapat diwujudkan.
Terkait kesempatan kerja, Selandia Baru akan membuka kesempatan kerja bagi pemotong hewan halal, juru masak, dan guru bahasa Indonesia. Untuk pemotong hewan halal dialokasikan 20 orang, juru masak 100 orang, dan guru bahasa Indonesia 20 orang.
Dari segi kualifikasi, seseorang dapat diterima bekerja jika dinyatakan lulus Australian and New Zealand Standard Classification of Occupations (ANZSCO) pada level yang ditentukan. Standar ini meliputi persyaratan tertentu yang dikaitkan dengan kebutuhan kerja, termasuk kemampuan bahasa Inggris. Ini merupakan kesempatan sekaligus tantangan bagi tenaga kerja Indonesia.
Peluang di atas merupakan tambahan dari alokasi yang tersedia saat ini. Dewasa ini lebih dari 400 tenaga terampil dan semi terampil Indonesia telah bekerja di Selandia Baru. Mereka umumnya bekerja di sektor perkebunan, perhotelan, industri panas bumi, dan animasi. Di samping itu, dalam tahun 2011 terdaftar hampir 1.000 tenaga kerja Indonesia yang bekerja di atas kapal asing yang beroperasi di perairan Selandia Baru.
Di tengah iklim politik