Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kontras: Kepolisian Tak Layak Proses Mahasiswa

Kompas.com - 06/04/2012, 19:05 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepolisian dinilai tidak layak memproses hukum dua mahasiswa dari Konsolidasi Nasional Mahasiswa (Konami) yang ditangkap saat unjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada Selasa 27 Maret 2012 lalu.

Penilaian tersebut disampaikan Koordinator Koalisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), Haris Azar dalam diskusi bertajuk "Catatan Kritis Penanganan Demonstrasi antara Penegakan Hukum dan Perlindungan HAM" di Jakarta, Jumat (6/4/2012).

Menurut Haris, sebelum memproses anggotanya sendiri, kepolisian tidak patut menghukum dua mahasiswa itu.

"Tidak layak buat Mabes Polri meneruskan proses hukum kasus tersebut kalau polisi sendiri tidak legawa, anggota-anggotanya yang melakukan kekerasan diproses," kata Haris.

Dia menilai, Kepolisian juga menyalahi prosedur saat mengamankan aksi pengunjuk rasa tersebut. "Ada pelanggaran hukum acara pidana, dari semua proses itu, pelanggaran acara pidana, prosedur pengamanan, ada konten-konten kekerasan, mahasiswa dipukuli, pulang kuliah diciduk," sambungnya.

Haris pun mencontohkan langkah kepolisian saat menggerebek kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) di Jalan Diponegoro pada hari yang sama dengan penangkapan mahasiswa.

Saat itu, katanya, Kepolisian menuduh mahasiswa Konami melakukan perbuatan anarkis dan keonaran. Puluhan petugas kepolisian pun merengsek masuk ke kantor YLBHI mencari mahasiswa yang diduga membakar mobil polisi tersebut.

Menurut Haris, saat penggerebekan itu, anggota polisi yang mobilnya dibakar, ikut menggeledah kantor YLBHI. Haris menilai, petugas kepolisian tersebut semestinya tidak ikut menggeledah lantaran posisinya sebagai korban.

"Ada pimpinannya yang lebih tinggi, tapi tidak ada yang menegur (polisi itu). Petugas tidak boleh menengakkan hukum kalau dia emosional. Buat saya si polisi dibiarkan, memang ada skenario membiarkan polisi ngamuk, membiarkan aura menakutkan bagi mahasiswa," ujar Haris.

Adapun kedua mahasiswa pengunjuk rasa itu, hingga Selasa (3/4/2012) masih ditahan. Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto mengatakan keduanya ditahan karena diduga melakukan tindakan anarkistis.

Mereka diduga menggulingkan mobil polisi, melempari, dan membakar mobil. Polisi juga menduga aksi unjuk rasa saat itu bukanlah unjuk rasa murni, melainkan aksi yang diprovokatori penyusup. Dugaan didasarkan penemuan banyak batu serta bom molotov yang disiapkan massa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Idul Adha 2024, Ma'ruf Amin Ajak Umat Islam Tingkatkan Kepedulian Sosial dan Saling Bantu

Idul Adha 2024, Ma'ruf Amin Ajak Umat Islam Tingkatkan Kepedulian Sosial dan Saling Bantu

Nasional
Jokowi, Megawati, hingga Prabowo Sumbang Hewan Kurban ke Masjid Istiqlal

Jokowi, Megawati, hingga Prabowo Sumbang Hewan Kurban ke Masjid Istiqlal

Nasional
KIM Disebut Setuju Usung Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta, Golkar: Lihat Perkembangan Elektabilitasnya

KIM Disebut Setuju Usung Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta, Golkar: Lihat Perkembangan Elektabilitasnya

Nasional
Isu Perombakan Kabinet Jokowi, Sandiaga: Saya Siap Di-'reshuffle' Kapan Pun

Isu Perombakan Kabinet Jokowi, Sandiaga: Saya Siap Di-"reshuffle" Kapan Pun

Nasional
Hadiri Lion Dance Exhibition, Zita Anjani Senang Barongsai Bertahan dan Lestari di Ibu Kota

Hadiri Lion Dance Exhibition, Zita Anjani Senang Barongsai Bertahan dan Lestari di Ibu Kota

Nasional
Timwas Haji DPR Ajak Masyarakat Doakan Keselamatan Jemaah Haji dan Perdamaian Palestina

Timwas Haji DPR Ajak Masyarakat Doakan Keselamatan Jemaah Haji dan Perdamaian Palestina

Nasional
5 Perbaikan Layanan Haji 2024 untuk Jemaah Indonesia: 'Fast Track' hingga Fasilitas buat Lansia

5 Perbaikan Layanan Haji 2024 untuk Jemaah Indonesia: "Fast Track" hingga Fasilitas buat Lansia

Nasional
Timwas Haji DPR Ingatkan Panitia di Arab Saudi untuk Selalu Awasi Pergerakan Jemaah

Timwas Haji DPR Ingatkan Panitia di Arab Saudi untuk Selalu Awasi Pergerakan Jemaah

Nasional
Safenet Nilai Pemblokiran X/Twitter Bukan Solusi Hentikan Konten Pornografi

Safenet Nilai Pemblokiran X/Twitter Bukan Solusi Hentikan Konten Pornografi

Nasional
Pastikan Keamanan Pasokan Energi, Komut dan Dirut Pertamina Turun Langsung Cek Kesiapan di Lapangan

Pastikan Keamanan Pasokan Energi, Komut dan Dirut Pertamina Turun Langsung Cek Kesiapan di Lapangan

Nasional
Bersikeras Usung Ridwan Kamil di Jawa Barat, Golkar: Di Jakarta Surveinya Justru Nomor 3

Bersikeras Usung Ridwan Kamil di Jawa Barat, Golkar: Di Jakarta Surveinya Justru Nomor 3

Nasional
Soal Tawaran Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Sandiaga: Lebih Berhak Pihak yang Berkeringat

Soal Tawaran Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Sandiaga: Lebih Berhak Pihak yang Berkeringat

Nasional
PPP Tak Lolos Parlemen, Sandiaga: Saya Sudah Dievaluasi

PPP Tak Lolos Parlemen, Sandiaga: Saya Sudah Dievaluasi

Nasional
Respons Menko PMK, Komisi VIII DPR: Memberi Bansos Tidak Hentikan Kebiasaan Berjudi

Respons Menko PMK, Komisi VIII DPR: Memberi Bansos Tidak Hentikan Kebiasaan Berjudi

Nasional
Eks Penyidik Sebut KPK Tak Mungkin Asal-asalan Sita HP Hasto PDI-P

Eks Penyidik Sebut KPK Tak Mungkin Asal-asalan Sita HP Hasto PDI-P

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com