Bagi Indra yang pendaki gunung ini, terpaan angin dan hujan sudah biasa. Ia paling suka mendaki Semeru. Hampir setiap bulan bapak empat anak ini mendaki gunung tertinggi di Jawa itu.
Kenekatan berjalan kaki Malang-Jakarta pun sudah diperhitungkan matang sesuai kondisi tubuhnya. Ini adalah perjalanan yang ketiga. Pada perjalanan pertama, yakni Juli-Agustus 2010, Indra ditemui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hatinya kala itu girang sekali.
Pada pertemuan itu hadir juga Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar, dan Sekretaris Satgas Pemberantasan Mafia Hukum Denny Indrayana. ”Dalam sidang kabinet waktu itu, Presiden menugasi mereka dan Kapolri agar kasus Indra dituntaskan,” katanya.
Selama 19 tahun, Indra tersiksa karena menyaksikan penabrak anaknya melenggang bebas dari jerat hukum. Dalam putusan Pengadilan Militer Tinggi III Surabaya bernomor PUT/05-K/PMT.III/POL/II/ 2008, Joko dibebaskan dari segala tuntutan karena kasusnya dianggap kedaluwarsa, yakni melewati waktu 12 tahun sejak kecelakaan tahun 1993 hingga dibukanya sidang tahun 2008.
Padahal, pada putusan yang sama, majelis hakim yang dipimpin Kolonel Laut AR Tampubolon membenarkan terdakwa (Joko) secara sah dan meyakinkan terbukti melakukan tindak pidana ”yang karena kealpaannya menyebabkan matinya orang lain”.
Selama rentang 1993-2008, Indra berkali-kali bertanya kepada polisi ataupun Detasemen Polisi Militer Malang mengenai kelanjutan kasus Rifki. Namun, ia dianggap angin lewat.
Pada pertemuan dengan Presiden, 10 Agustus 2010, Indra kemudian diminta bertemu pegawai rumah tangga Istana. Indra lalu diberi amplop berisi uang Rp 25 juta. Namun, kasus anaknya masih terkatung-katung juga.
Pada 27 September 2011, ia jalan kaki lagi ke Jakarta. Namun, saat sampai di Nagreg, Jawa Barat, Oktober 2011, ia tak bisa melanjutkan. ”Saya sakit perut karena keracunan susu cokelat setelah makan di warung,” ujarnya.
Sekarang, kepergiannya ke Jakarta sekali lagi untuk menuntut keadilan, dan mengembalikan uang Rp 25 juta kepada Presiden. Indra akan menagih janji Presiden untuk menuntaskan kasus anaknya. ”Bukan amplop ini yang saya cari. Saya menginginkan keadilan untuk kasus anak saya.”
Bagi Indra, perjuangan ini tak semata-mata untuk kepentingan pribadinya. ”Ada ribuan orang yang mungkin nasibnya seperti saya. Dengan aksi ini saya mengimbau indra-indra yang lain muncullah. Jangan takut!”