Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembeli Pakai Jeriken Harus Tambah Rp 10.000

Kompas.com - 23/02/2012, 15:01 WIB
Kornelis Kewa Ama Khayam

Penulis

ATAMBUA, KOMPAS.com — Praktik penyelewengan distribusi bahan bakar bersubsidi kerap terjadi di daerah yang secara geografis sulit dipantau petugas.

Di sebuah stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) di Kabupaten Belu, NTT, misalnya,  petugas mau melayani pembelian menggunakan jeriken tetapi dengan biaya tambahan Rp 10.000 per jeriken ukuran 20 liter premium. Oleh pembeli, bensin itu akan dijual eceran ke desa-desa sekitar, tentu dengan harga lebih mahal.

Yang dikeluhkan warga, pihak SPBU lebih memprioritaskan pengisin jeriken (20) liter ketimbang mengisi kendaraan sepeda mtor atau mobil yang tidak ada tambahan uang Rp 10.000.

Pengamatan Kompas, Kamis (23/2/2012), premium atau bensin cepat habis karena dijual kepada pedagang kecil.

Lokasi SPBU ini sekitar 85 km dari Atambua. Pemilik SPBU mendatangkan bensin ke wilayah itu melalui mobil tangki dari Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara, atau dari Atambua, Belu.

Bahan bakar solar lebih lambat habis (diminati) konsumen ketimbang bensin. Penjualan bensin di SPBU itu relatif lebih cepat ketimbang bensin.

Bagi kendaraan yang membutuhkan bensin terpaksa membeli dari pedagang eceran dengan harga antara Rp Rp 6.000-Rp 7.000 per liter.

"Saat itu kami beli bensin 8 liter terisi dalam 2 jeriken yang masing masing berisi 4 liter, tetapi penjual mati-matian mengatakan 5 liter. Kami terpaksa membeli 4 liter bensin itu dengan harga untuk 5 liter atau Rp 30.000 per jeriken," kata Amos Bessy, sopir truk jurusan Atambua.

Amos mengatakan, karena letak SPBU jauh dari pantauan petugas sehingga pemilik SPBU sesukanya mempermainkan harga dan ukuran pengisian.

"Kita beli 10 liter, tetapi kadang baru sampai 9 liter lebih, petugas sudah tarik ujung selang pengisian," kata Amos.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com