Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Istri Disandera Preman, Saksi Kasus Wa Ode Lapor ke KPK

Kompas.com - 21/02/2012, 22:45 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengusaha Haris Suharman, saksi dalam kasus dugaan suap pengalokasian dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah (PPID), melaporkan ancaman yang diterimanya dan keluarga ke Komisi Pemberantasan Korupsi, Selasa (21/2/2012).

Haris mengatakan, istrinya mendapat teror bahkan sempat disandera sejumlah preman. Ia menduga, teror ini terkait posisi Haris sebagai saksi kasus dugaan suap PPID yang menjerat mantan anggota Badan Anggaran DPR, Wa Ode Nurhayati, dan pengusaha Fahd A Rafiq. "Saya ingin bertemu penyidik (KPK) sehubungan teror yang dialami istri saya," kata Haris di Gedung KPK, Jakarta.

Dia juga akan menyerahkan foto-foto kedatangan para preman itu kepada penyidik KPK. Haris menuturkan, penyanderaan tersebut terjadi pada Minggu pekan lalu. Saat itu, Haris tengah berada di luar kota, yaitu di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Ia menuturkan, sekitar 35 preman mendatangi rumah Haris dan menyandera istrinya selama lebih kurang dua jam. Selebihnya, Haris enggan menjelaskan lebih rinci kronologi penyanderaan itu. Dia juga mengaku telah berupaya meminta perlindungan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) sejak 16 Desember 2011. "Sampai hari ini saya belum mendapat surat balasan dari LPSK," ucapnya.

Haris dicegah bepergian ke luar negeri oleh KPK terkait kepentingan penyidikan kasus dugaan suap PPID 2011. KPK menetapkan dua tersangka kasus ini, yaitu Wa Ode Nurhayati dan Fahd A Rafiq. Selaku anggota Banggar DPR saat itu, Wa Ode diduga menerima suap senilai Rp 6 miliar dari Fahd. Pemberian suap itu terkait pengalokasian dana PPID di Aceh. Uang tersebut diduga diberikan Fahd melalui perantara Haris Suharman dengan cara transfer rekening ke staf pribadi Wa Ode, Sefa Yolanda.

Wa Ode mengungkapkan adanya keterlibatan pimpinan Banggar DPR dalam kasus ini. Wa Ode juga menuding Ketua Banggar, Melchias Markus Mekeng, bermain dalam kasusnya. Politikus Partai Amanat Nasional itu juga menduga kalau kasusnya ini merupakan skenario Partai Golkar.

"Saudara Haris kader dari tempat yang sama. Saudara Fahd kader dari tempat yang sama. Saudara Mekeng kader dari tempat yang sama. Saudara Nudirman kader dari tempat yang sama. Kawan-kawanlah yang tafsirkan sendiri," kata Wa Ode beberapa waktu lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

    Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

    Nasional
    BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

    BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

    Nasional
    Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

    Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

    Nasional
    Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

    Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

    Nasional
    Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

    Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

    Nasional
    “Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

    “Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

    Nasional
    Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

    Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

    Nasional
    Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

    Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

    Nasional
    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

    Nasional
    Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

    Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

    [POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

    Nasional
    Kualitas Menteri Syahrul...

    Kualitas Menteri Syahrul...

    Nasional
    Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

    Nasional
    Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

    Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com