Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LSI: Politik Indonesia Cenderung Memburuk

Kompas.com - 19/02/2012, 17:20 WIB
Maria Natalia

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti senior Burhanuddin Muhtadi mengatakan, dari temuan Lembaga Survei Indonesia (LSI) selama 1-12 Februari 2012, secara umum menunjukkan kondisi politik nasional mengalami keterpurukan.

Dalam survei itu, responden diminta pendapatnya mengenai kondisi politik di Tanah Air. LSI mencatat, hanya 20,9 persen responden yang menyatakan situasi perpolitikan Indonesia berada dalam kondisi baik, adapun 2,0 persen lainnya menilai sangat baik, dan 34,2 persen menyatakan sedang atau normatif.

Sementara itu, jumlah responden yang melihat kondisi politik Indonesia kini memburuk mencapai 27 persen, sangat buruk 6,8 persen, dan jawaban tidak tahu kondisi politik mencapai 9,0 persen.

"Penilaian rakyat atas kondisi politik nasional secara umum saat survei dilakukan menunjukan lebih banyak yang mengatakan buruk atau sangat buruk dibanding mengatakan sebaliknya, baik atau sangat baik," ujar Burhanuddin dalam jumpa pers di Jakarta Pusat, Minggu (19/2/2012).

Penilaian rakyat terhadap politik yang negatif tersebut, kata Burhanuddin, merupakan basis sosial bagi perubahan politik pada pemilu 2014. "Ini menjadi opportunity bagi partai untuk membenahi partainya dalam merebut suara konstituen," imbuhnya.

Kondisi politik yang memburuk ini juga diakui oleh Politisi Partai Amanat Nasional, Bima Arya. Menurutnya, kepercayaan sebagian masyarakat menurun akibat dari kasus korupsi yang melibatkan politisi. Jika partai politik ingin menarik kembali minat masyarakat pada politik, maka parpol perlu memberikan program yang menyentuh langsung pada rakyat.

"Karena masyarakat berpikir semakin rasional dan pintar, mereka semakin memperhatikan mana parpol yang berprestasi secara riil, mana yang hanya retorika, mana yang harus diapresiasi. Mana yang paling banyak isu korupsi. Partai harus tunjukkan langkah nyata untuk masyarakat jika ingin situasi politik dan kepercayaan masyarakat kembali terbangun," jelasnya.

Politisi Partai Kebangkitan Bangsa, Marwan Jafar mengatakan, jika parpol ingin membangun situasi politik yang baik, mulai sekarang parpol harus memilih kader yang merakyat. Dengan begitu, masyarakat dapat diajarkan untuk mengenal dunia politik yang transparan dan kerja anggota parpol juga dapat diketahui masyarakat.

"Jangan pilih yang selebritis, kadang nanti dipilih rakyat karena terkenal saja. Trennya memang menurun karena rakyat juga semakin kritis melihat apa yang terjadi dalam pemerintah dan dunia politik. Ke depan rekrutmen anggota partai harus yang bekerja keras dan kredibel agar masyarakat percaya tanggung jawab yang diberikan tidak sia-sia," kata Marwan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Nasional
TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

Nasional
Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Nasional
PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

Nasional
Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Nasional
Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Nasional
Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Nasional
PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

Nasional
Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Nasional
Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Nasional
Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Nasional
Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Nasional
Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Nasional
Nasdem: Anies 'Top Priority' Jadi Cagub DKI

Nasdem: Anies "Top Priority" Jadi Cagub DKI

Nasional
Sekjen PDI-P: Banyak Pengurus Ranting Minta Pertemuan Megawati-Jokowi Tak Terjadi

Sekjen PDI-P: Banyak Pengurus Ranting Minta Pertemuan Megawati-Jokowi Tak Terjadi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com