Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Reksa Dana Pendapatan Rupiah: Prospek 2012

Kompas.com - 06/02/2012, 07:56 WIB
Anastasia Joice

Penulis


Sentimen Negatif SUN di 2012

Terlepas dari sentimen positif bagi SUN untuk menguat di tahun 2012, terdapat faktor-faktor yang potensial menjadi sentimen negatif buat pasar SUN. Faktor tersebut adalah kekhawatiran inflasi, berlanjutnya krisis Eropa dan besarnya rencana penerbitan SUN baru oleh pemerintah di tahun ini.

Bahaya inflasi menjadi faktor yang sangat diperhitungkan oleh pelaku pasar obligasi. Ini terutama berkaitan dengan rencana pemerintah untuk memberlakukan pembatasan konsumsi bahan bakar bersubsidi ataupun kenaikan harga bahan bakar bersubsidi. Apapun kebijakan yang diambil pemerintah berkaitan dengan bahan bakar tersebut akan berdampak signifikan terhadap angka inflasi. Berdasarkan perhitungan skenario asumsi pembatasan ataupun kenaikan harga, inflasi diprediksi akan melonjak hingga sekitar 5,5 persen -6 persen. Proyeksi inflasi sebesar ini akan memicu BI untuk menurunkan tingkat inflasi dengan menaikkan BI Rate. Kenaikan BI Rate akan mendorong kenaikan imbal hasil SUN yang juga berarti harga SUN akan melemah.

Krisis Eropa yang belum menunjukkan solusi komprehensif juga berpotensi sebagai faktor pengambat rally harga Obligasi Pemerintah SUN. Kejadian di bulan September 2011 dimana terjadi sudden reversal outflow akibat memburuknya krisis Eropa menjadi indikator penting bahwa investor asing masih menjadi salah satu pihak yang dominan dalam kepemilikan SUN. Pada akhir Juli 2011, kepemilikan asing sempat menyentuh Rp 248,87 triliun tetapi kemudian di akhir September anjlok menjadi Rp 218,1 triliun.

Berkaitan dengan rencana penerbitan obligasi pemerintah baru oleh pemerintah dalam hal ini DJPU (Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Negara), besarnya penerbitan dikhawatirkan akan mengakibatkan pasar obligasi kebanjiran pasokan sehingga mendorong harga terkoreksi akibat terbatasnya permintaan (demand). Pada tahun 2012 ini pemerintah akan menerbitkan obligasi baru dengan nilai total Rp 240,4 triliun. Namun demikian, total netto penerbitan obligasi pemerintah pada 2012 (setelah dikurangi obligasi pemerintah yang akan jatuh tempo) sebesar Rp 134,6 triliun. Penerbitan obligasi baru ini untuk menutup defisit anggaran 2012 sebesar 1,5 persen dari GDP atau sebesar Rp 124 triliun. Kekhawatiran kelebihan supply ini mengacu kepada survei demand Obligasi Pemerintah 2012 yang dilakukan oleh Kementrian Keuangan dimana total demand adalah Rp 84,5 triliun. Ini artinya terdapat perbedaan yang cukup besar antara supply and demand dari obligasi pemerintah yang dapat menyebabkan harga obligasi turun.

Obligasi Korporasi sebagai alternatif untuk mendapat yield yang tinggi bagi Reksa Dana Pendapatan Tetap

Mengingat imbal hasil obligasi pemerintah yang sudah cukup rendah, minat investor untuk berinvestasi pada reksa dana pendapatan tetap dikhawatirkan akan menurun di 2012. Sebagai informasi, obligasi pemerintah SUN yang menjadi benchmark 10 tahun memberikan imbal hasil hanya 5,3 persen atau 5,03 persen setelah dipotong pajak. Sementara itu untuk obligasi pemerintah SUN bertenor 5 tahun, 15 tahun dan 20 tahun masing-masing memberikan imbal hasil 4,65 persen, ,8 persen dan 6,25 persen sehingga net imbal hasil setelah dipotong pajak adalah 4,42 persen, 5,5 persen dan 5,94 persen. Rendahnya imbal hasil ini salah satunya dapat disiasati dengan menambah alokasi pada obligasi korporasi.

Obligasi korporasi masih memberikan imbal hasil yang cukup menarik. Obligasi korporasi dengan peringkat AAA masih memberikan selisih imbal hasil (yield spread) sebesar 273 basis poin (bps). Yield spread obligasi korporasi ini melebar cukup siginifikan pada bulan Oktober. Pada akhir September yield spread masih pada kisaran 229 bps. Sementara itu untuk obligasi korporasi dengan peringkat lebih rendah memberikan yield spread yang sangat menarik. Posisi per akhir Januari 2012, rating A+ mampu memberikan yield spread 406 bps dan rating A- masih memberikan yield spread 505 bps. Ini berarti bahwa untuk Obligasi Korporasi dengan tenor 5 tahun yang memiliki rating A+ mampu memberikan imbal hasil sekitar 8,48 persen sedangkan Obligasi Korporasi dengan tenor yang sama namun dengan rating A- mampu memberikan imbal hasil 9,7 persen.

Oleh karena itu secara umum, prospek reksa dana pendapatan rupiah cukup baik pada tahun 2012 ini mengingat potensi imbal hasil yang menarik bagi investor. Imbal hasil tersebut bersumber dari potensi penguatan harga obligasi SUN dan obligasi Korporasi yang masih memberikan suku bunga yang menarik. Obligasi SUN masih berpotensi menguat mengingat Indonesia memperoleh kenaikan peringkat utang menjadi Investment Grade Rating dari Fitch and Moddy’s dan berkaitan dengan kebijakan BI untuk membeli SUN sebagai instrumen kebijakan moneternya. Pada sisi lain, kekhawatiran pelemahan harga obligasi pemerintah SUN akibat inflasi tereduksi karena pembeli utama SUN adalah investor asing yang tidak terekspos risiko inflasi Indonesia. Selain itu kekhawatiran pelemahan harga obligasi pemerintah SUN akibat oversupply juga akan tereduksi karena kebijakan BI yang akan tetap membeli SUN sebagai instrumen moneternya pengganti SBI. (Penulis : Syuhada Arief - VP Investment PT. CIMB-Principal Asset Management)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com