Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nazaruddin Perintahkan Yulianis Bikin KTP dan Paspor Palsu

Kompas.com - 25/01/2012, 18:24 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Wakil Direktur Keuangan Grup Permai, Yulianis, mengaku pernah diperintah Muhammad Nazaruddin, terdakwa kasus dugaan suap wisma atlet SEA Games, agar membuat kartu identitas dan paspor palsu. Perintah itu disampaikan Nazaruddin ke Yulianis dari Singapura melalui BlackBerry Messanger.

"Bapak (Nazaruddin) pernah memerintah saya untuk membuat paspor palsu dan KTP palsu via BBM. Kalau Bapak bukan atasan saya, tidak mungkin bapak memerintah kepada saya seperti itu," kata Yulianis ketika bersaksi bagi Nazaruddin di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Rabu (25/1/2012).

Yulianis menjawab pertanyaan Nazaruddin soal bagaimana biasanya Nazar selaku atasan memerintah Yulianis. Mendengar jawaban Yulianis ini, Nazaruddin meradang. "Ini saudara saksi (Yulianis) kok cerita paspor? Tadi cerita wisma atlet, mana yang benar? Saya mau tanya konteksnya," ucap Nazaruddin.

Adapun Nazaruddin bertolak ke Singapura pada 23 Mei 2010, sehari sebelum dicegah bepergian ke luar negeri. Pada 30 Juni 2010, KPK menetapkan Nazaruddin sebagai tersangka atas dugaan menerima pemberian berupa cek senilai Rp 4,6 miliar dari Mohamad El Idris dan Mindo Rosalina Manulang.

Yulianis mengatakan, dirinya tetap berhubungan dengan Nazaruddin selama bosnya itu berada di Singapura. Suatu hari melalui BBM, Yulianis melaporkan ke Nazaruddin bahwa kondisi di Jakarta memanas setelah Nazar pergi ke Singapura.

"Pak, keadaan memanas, saya ke Jawa, Pak Budi diambil KPK di rumahnya," tutur Yulianis menirukan bunyi BBM-nya ke Nazaruddin saat itu. Kemudian, kata Yulianis, Nazaruddin mengatakan kepadanya bahwa kondisi itu akibat kecerobohan anak buahnya yang mencairkan cek.

"Ini gara-gara mereka. Karena mereka harusnya menggunakan KTP palsu tetapi mereka menggunakan KTP asli mereka (saat cairkan cek)," kata Yulianis menirukan perkataan Nazar saat itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

    Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

    Nasional
    'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

    "Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

    Nasional
    Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

    Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

    Nasional
    Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

    Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

    Nasional
    Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

    Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

    Nasional
    Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

    Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

    Nasional
    Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

    Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

    Nasional
    Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

    Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

    Nasional
    Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

    Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

    Nasional
    Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

    Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

    Nasional
    Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

    Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

    Nasional
    Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

    Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

    Nasional
    Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

    Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

    Nasional
    Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

    Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

    Nasional
    “Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

    “Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com