Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yulianis Mengaku Pernah Minta Dicuci Otaknya

Kompas.com - 25/01/2012, 13:29 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Yulianis, salah satu saksi kunci dalam kasus dugaan suap wisma atlet SEA Games sempat keluar dari Grup Permai, perusahaan milik Muhammad Nazaruddin, sekitar November-Desember 2009. Menurut Yulianis, keputusan itu diambilnya karena pekerjaannya sebagai anak buah Nazaruddin tidak sesuai dengan hati nurani.

Selain itu, kata Yulianis, Nazaruddin selaku pemilik perusahaan pernah berlaku kasar terhadap karyawan lain, rekan sepekerjaan Yulianis. "Pas rapat koordinasi, Pak Nazaruddin memukul salah satu teman saya, Minarsih yang dipukul," kata Yulianis saat bersaksi untuk Nazaruddin, terdakwa kasus dugaan suap wisma atlet SEA Games di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Rabu (25/1/2012).

Meski sempat keluar, Yulianis kembali menjadi Wakil Direktur Keuangan PT Permai Grup pada Januari 2010. Dia mengaku terpaksa kembali ke Grup Permai setelah beberapa kali diminta Nazaruddin. Melalui Direktur HRD Permai Grup, Najib, Nazaruddin meminta Yulianis kembali ke perusahaan itu.

"Saya sebenarnya kasihan dengan Pak Najib, kalau dia ke kantor nggak ada saya, akan dimarahin Pak Nazar," tutur Yulianis.

Setelah beberapa kali didatangi Najib di rumahnya, Yulianis bersedia menemui Nazaruddin di kantor Permai Grup. Dalam pertemuannya dengan Nazaruddin di kantor Permai Grup, Yulianis sempat memohon agar dia dilepaskan dari perusahaan itu. Bahkan, Yulianis berjanji kepada Nazaruddin tidak akan membongkar aliran uang Permai Grup yang diketahuinya itu jika dia diperbolehkan keluar dari perusahaan.

"Saya sudah mohon kepada Nazaruddin hapus isi otak saya kalau Pak Nazar takut saya bicara seperti sekarang ini. Saya akan bilang tidak kenal Pak Nazaruddin, tidak apa-apa, yang penting saya tidak kerja di sini. Saya minta Pak Nazaruddin untuk hapus pencatatan-pencatatan yang tidak jelas itu," tutur Yulianis.

Sejumlah nama-nama yang menerima aliran dana Grup Permai, masih diingat Yulianis hingga kini. Di antara nama-nama itu ada anggota Badan Anggaran DPR, Angelina Sondakh dan Wayan Koster.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
     PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Nasional
    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

    Nasional
    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    Nasional
    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    Nasional
    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Nasional
    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Nasional
    'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    "Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    Nasional
    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Nasional
    Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

    Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

    Nasional
    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Nasional
    Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Nasional
    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

    Nasional
    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com