Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antre Berjam-jam untuk Selembar Tiket...

Kompas.com - 16/12/2011, 03:58 WIB

Liburan akhir tahun masih lama, tetapi akhir pekan lalu, ruang reservasi tiket Stasiun Tugu, Yogyakarta, sesak dipadati calon penumpang. Untuk mendapatkan tiket, mereka harus rela antre tiga hingga empat jam. Lamanya waktu antrean ini tergolong luar biasa karena nyaris sama dengan waktu tempuh kereta api dari stasiun keberangkatan menuju stasiun tujuan.

Bisa dibayangkan jika waktu tempuh kereta api eksekutif dari Yogyakarta ke Surabaya, Jawa Timur, sekitar 4 jam 45 menit, sementara calon penumpang harus meluangkan waktu untuk antre membeli tiket sedemikian rupa. Itu pun kalau calon penumpang mujur kebagian jatah tiket.

Yossy (26), calon penumpang yang hendak ke Surabaya, mengaku harus antre di ruang reservasi sejak pukul 11.30 hingga pukul 14.45. Artinya, dia harus menunggu 3 jam 45 menit untuk mendapatkan selembar tiket.

”Saya dapat nomor antrean 460. Kalau ditotal antara waktu antre dan waktu perjalanan dari Yogya ke Surabaya, saya harus meluangkan waktu 8,5 jam. Ini benar-benar pemborosan waktu,” katanya.

Hal serupa dialami Sigit (60), pensiunan TNI yang hendak pergi ke Bandung, Jawa Barat. Meski sudah tiga jam menunggu, calon penumpang dengan nomor antrean 480 ini belum juga mendapatkan tiket.

”Sudah tiga kali saya mengalami hal seperti ini. Kalau begini, lalu penumpang harus menuntut kepada siapa? Paling-paling yang menjadi sasaran, ya, petugas keamanan di ruang reservasi. Padahal, mereka tidak tahu apa-apa,” katanya.

Made (56), calon penumpang KA jurusan Yogyakarta-Surabaya yang mengantre sejak pukul 13.00, harus menunggu lebih lama lagi karena ia mendapat nomor antrean 600. Padahal, ia bersama suaminya, Wayan, harus kembali ke Surabaya keesokan harinya.

Layanan tidak optimal

Persoalan lambatnya layanan pemesanan tiket KA tak semata-mata karena banyaknya penumpang, tetapi juga karena keterbatasan loket penjualan tiket. Dari enam loket yang ada, hanya tiga loket yang dibuka. Padahal, jumlah penumpang pada akhir pekan membeludak hingga ratusan orang.

”Benar-benar sangat tidak efektif. Pemesanan tiket pada akhir pekan selalu paling ramai, tapi mengapa hanya separuh loket penjualan tiket yang dibuka,” ujar Sigit.

Untuk membeli tiket, calon penumpang harus mengambil nomor antrean, kemudian mengisi semacam blangko pemesanan tiket. Tampak di sisi selatan ruang reservasi kertas pemesanan berceceran di meja serta lantai ruangan. Sementara monitor komputer penunjuk ketersediaan tempat duduk KA mati sehingga calon penumpang tidak bisa melihat stok terakhir tempat duduk KA yang masih tersedia.

Karena membeludaknya pemesan tiket KA, kursi-kursi yang tersedia di ruang reservasi tak mencukupi. Di dalam ruangan itu hanya terlihat tujuh deret kursi yang bisa diisi 38 orang. Sementara jumlah pemesan tiket mencapai ratusan orang.

Akibatnya, para pemesan tiket terpaksa duduk di lantai, depan toilet umum, hingga sekitar meja loket sisi selatan yang kosong tak ada petugas. Ruangan itu juga panas meski terdapat beberapa mesin pendingin di dalamnya.

Di dalam ruangan reservasi tiket KA Stasiun Tugu terpampang spanduk besar berisi imbauan kepada penumpang agar tidak membeli tiket melalui calo. Namun, di luar ruangan, terutama di sekitar tempat parkir motor dan jalan masuk Stasiun Tugu sisi selatan, banyak sekali orang berpakaian bebas, atau lebih tepatnya calo, yang menawarkan tiket kepada calon penumpang. Mereka rata-rata menawarkan tiket KA jarak jauh, seperti Yogyakarta-Jakarta atau Yogyakarta-Bandung, tentu dengan harga yang jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga normal.

”Kalau antre lama sekali dan ternyata tiket habis, ya, saya terpaksa beli kepada calo. Risikonya, harga bisa selisih lebih dari Rp 100.000,” kata Johan (35), penumpang KA jurusan Yogyakarta-Jakarta.

Stasiun berstandar

Persoalan yang terjadi itu berbanding terbalik dengan hasil audit internal di tubuh PT Kereta Api Indonesia. Sejak bulan April hingga Oktober lalu, 17 stasiun KA di Jawa dan Sumatera Selatan, termasuk Stasiun Tugu. Yogyakarta, dinyatakan meraih International Standard Organization 9001:2008 tentang sistem manajemen mutu dari SAI Global Australia. Meski demikian, prestasi tersebut belum diimbangi dengan peningkatan layanan, salah satunya kelancaran pembelian tiket.

Moda transportasi KA sejatinya menjadi angkutan massa paling efektif sekaligus antimacet. Namun, hingga saat ini, pengelolaannya belum juga optimal.

(Aloysius B Kurniawan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com