Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Abdullah: KPK Banyak Kelemahan

Kompas.com - 29/11/2011, 12:14 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Abdullah Hehamahua, Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menilai KPK selama ini banyak kekurangan dalam pemberantasan korupsi. Abdullah memberi contoh lemahnya fungsi koordinasi dan supervisi KPK.

"Andaikata berjalan efektif, kasus 'Cicak Buaya' tidak akan terjadi, Satgas Anti Mafia Hukum tak perlu ada karena itu kewenangan KPK," kata Abdullah saat fit and proper test capim KPK di Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jakarta, Selasa (29/11/2011).

Abdullah mengatakan, lemahnya koordinasi dan supervisi mengakibatkan banyaknya kasus korupsi mendek di Kepolisian maupun Kejaksaan. Oleh karena itu, kata dia, ke depan perlu ditingkatkan kedua fungsi itu. Bukan hanya dengan lembaga penegak hukum, namun juga dengan lembaga pengawasan dan pelayanan publik.

Abdullah juga mengkritik kelemahan pimpinan KPK selama ini dalam memperbaiki Kejaksaan dan Kepolisian. Dia memberi contoh ketika KPK menangani kasus korupsi Jaksa Urip Tri Gunawan pada Maret 2008. Ketika Urip ditangkap, katanya, ia langsung mengirimkan email ke pimpinan.

"Saya katakan ini momentum strategis untuk masuk perbaiki Kejaksaan. Tapi itu ditutup buku. Teman-teman penyidik mengeluh kepada saya, kita punya pentujuk untuk masuk. Akhirnya banyak terjadi kasus (korupsi) yang menimpa teman-teman Kejaksaan," kata dia.

Mengenai perbaikan di Kepolisian, Abdullah mengaku kerap didatangi penyidik. "Mereka katakan, Pak Abdullah, beritahu pada pimpinan, kami bukan tidak berani tangkap polisi. Perintahkan kami, akan kami laksanakan. Yang penting ada petunjuk, alat bukti," ungkap Abdullah.

"Pimpinan KPK tidak perlu terlalu hebat, yang penting punya kemampuan managemen dan mampu memberi perintah. Karena orang-orang di KPK hebat-hebat," tambah mantan wartawan dan pengajar itu.

Lantaran banyaknya kelemahan itu, Abdullah memilih mendaftar sebagai Capim KPK. Sebelumnya, dia menjabat sebagai penasihat KPK dalam dua periode.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

    Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

    Nasional
    SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

    SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

    Nasional
    'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

    "Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

    Nasional
    Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

    Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

    Nasional
    Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

    Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

    Nasional
    Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

    Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

    Nasional
    Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

    Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

    Nasional
    Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

    Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

    Nasional
    Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

    Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

    Nasional
    'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

    "Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

    [POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

    Nasional
    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
     PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Nasional
    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com