Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Buku Resep Masakan

Kompas.com - 29/11/2011, 02:16 WIB

Banyak masakan di Nusantara, tetapi minim sekali pencatatan mengenai hal itu. Sejarah kuliner negeri ini menjadi sulit digali. Kondisi ini berbeda dengan negara tetangga, Filipina, yang memiliki banyak catatan tentang sejarah kuliner mereka. Akan tetapi, buku resep masakan yang muncul sejak zaman Hindia Belanda bisa membantu kita melacak sejarah kuliner Tanah Air.

Buku berjudul Indisch kookboek: Bevattende Voorschriften om op de Beste, Eenvoudigste en Goedkoopste yang diterbitkan tahun 1872 kemungkinan merupakan buku resep tertua di Hindia Belanda. Buku ini diterbitkan di kota Nijmegen, Belanda. Akan tetapi, buku ini kurang populer dan jarang diperbincangkan.

Baru pada awal abad ke-20 bermunculan sejumlah buku resep masakan. Buku resep masakan berjudul Hollandsche Tafel in Indie karya J Noorduyn tergolong cukup populer. Buku ini dicetak petama kali pada tahun 1900 dan kemudian dicetak berulang-ulang setelah terbitan pertama.

Tak kalah dengan pengarang buku itu, JMJ Catenius van Der Meijden (1860-1926) boleh dibilang tokoh kuliner yang sohor pada masa itu. Catenius membuat sejumlah buku resep masakan. Salah satu yang terkenal adalah Nieuw Volledig Oost-Indisch kookboek. Buku ini diterbitkan pertama kali pada 1902, tetapi kemudian diperbaiki pada 1915 dengan judul Groot Nieuw Volledig Indisch Kookboek: 1381 recepten van de volledige Indische rijsttafel met een belangrijk aanhangsel voor de bereiding der tafel in Holland. Penerbit buku ini adalah NV GCT Van Dorp & Co. Di Belanda, buku karya Catenius ini masih diterbitkan hingga sekarang. Terakhir buku ini diterbitkan tahun 2002.

Cetakan keempat buku ini diterbitkan tahun 1925. Di dalam buku ini terdapat sejumlah masakan Nusantara, seperti nasi liwet, nasi goreng, gado-gado, berbagai sambal, serabi, dan kue putu.

Catenius termasuk teliti dan tekun dalam mencatat resep-resep. Di dalam beberapa resep yang ada di buku itu juga disebut nama kota, suku, atau negara tempat asal resep itu, misalnya bebotok ajam Tegal (bebotok ayam Tegal), kwee Boegies (kue Bugis), dan kwee apem Ceylon (kue apem Sri Lanka).

Catenius juga menulis sejumlah buku, mulai dari masakan berbasis ikan hingga masakan untuk vegetarian. Tercatat setidaknya ada 12 buku karya Catenius.

Setelah masa itu, buku resep masakan makin banyak dengan penulis yang tak kalah banyaknya pula. Pada tahun 1930-an mulai muncul penulis pribumi. Salah satu yang menjadi perhatian adalah karya Raden Ajoe Adipati Ario Rekso Negoro atau RA Kardinah, adik RA Kartini, yang menulis buku Lajang Panoentoen Bab Olah-Olah. Buku yang ditulis tahun 1935 ini berisi resep-resep yang sering digunakan Kartini dan Kardinah semasa remaja.

Pada masa itu juga muncul kesadaran untuk menulis buku resep masakan dalam bahasa setempat. Pada 1930-an boleh dibilang sangat langka buku resep masakan yang ditulis dalam bahasa Melayu. Balai Pustaka sangat berperan dalam menerjemahkan buku-buku resep masakan berbahasa Belanda.

Penerjemahan tak hanya ke dalam bahasa Melayu, tetapi juga dalam bahasa Jawa. Salah satunya adalah buku yang berjudul Boekoe Olah-olah. Buku dua jilid ini berbahasa Jawa dan merupakan himpunan resep masakan Belanda. Orang yang menghimpun resep ini adalah RA Soewarsih. Melihat gelar yang melekat pada nama-nama itu, kita bisa menyimpulkan bahwa pembuatan buku resep masakan masih dilakukan oleh keluarga bangsawan.

Fenomena yang lain adalah banyaknya sponsor dalam pembuatan buku resep masakan itu. Perusahaan yang mensponsori pembuatan buku resep masakan, antara lain, Blue Band, Filma, dan perusahaan maizena. Buku-buku itu, antara lain, Blue Band Recepten Boek, Eenvoudige Grondsalagen van de Kookkunst, dan Honderd Recepten voor Honig’s Maizena.

Pada masa itu kita juga menemukan banyak buku resep masakan Belanda yang diimpor langsung dari Belanda. Buku-buku ini boleh jadi untuk memenuhi kebutuhan orang-orang Belanda di Hindia Belanda.

Pada awal dekade 1940-an kita masih menemukan buku-buku resep masakan, seperti Memboeat Makanan Jang Tahan Lama (1940). Salah satu yang unik, misalnya, Recepten van Producten van Eigen Bodem (1940). Buku ini diterbitkan oleh Perkumpulan Ibu Rumah Tangga di Medan (Vereeniging van Huisvrouwen te Medan). Perkumpulan semacam ini menjadi tempat berbagi resep masakan di sebuah kota.

Setelah itu, antara 1940-1950, sangat sedikit buku-buku resep masakan ditemukan. Boleh jadi konsentrasi Jepang, Indonesia, dan Belanda tercurah pada urusan perang. Baru setelah tahun 1950 banyak sekali penerbit yang menerbitkan buku resep masakan. Ada beberapa yang terkenal hingga beberapa tahun.

Buku berjudul Buku Masakan Thursina yang dibuat oleh Siti Mukmin sangat fenomenal. Buku ini terbit pertama kali awal 1950-an, tetapi sampai tahun 1981 masih dicetak ulang hingga cetakan ke-21. Dalam perkembangannya, buku ini diperbaiki dan ditambahi resep oleh seseorang yang bernama Dahniar Jatim. Buku ini pada tahun 1954 mendapat pengakuan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Dua jilid

Beberapa buku lain yang populer pada masa itu, antara lain, dua jilid Pandai Memasak terbitan Kinta Jakarta. Buku ini pertama kali terbit pada 1957 dan sempat terbit hingga cetakan kesepuluh pada tahun 1965. Beberapa waktu lalu buku ini sempat diterbitkan ulang. Buku ini berisi kumpulan resep yang diterbitkan oleh mingguan Star Weekly. Penulis resep masakan ini adalah Nyonya Rumah yang memiliki nama asli Julie Sutarjana. Nyonya Rumah yang tinggal di Bandung sampai sekarang masih mengasuh rubrik Dapur Kita di Harian Kompas. Ia juga memiliki restoran di kota itu.

Pada masa itu resep-resep dalam negeri makin sering muncul meski beberapa resep Belanda masih muncul di beberapa buku resep. Buku berbahasa Jawa juga masih bisa ditemui pada masa itu, seperti buku Olah-Olah Komplit yang terbit pertama tahun 1958. Buku ini berisi masakan Jawa, Eropa, Tionghoa, dan lain-lain.

Pengaruh China yang kuat saat itu juga muncul dalam buku resep masakan. Salah satunya penerbitan buku 50 Chinese Recipes yang merupakan suplemen China Reconstructs pada 1957.

Pada 1960-an tak bisa dimungkiri buku Mustika Rasa, Buku Masakan Indonesia merupakan bukti prestasi tertinggi dalam pengumpulan resep-resep masakan Nusantara. Proyek buku setebal 1.123 halaman itu dimulai tahun 1960 ketika Menteri Pertanian Brigjen dr Azis Saleh bertemu Presiden Soekarno. Dalam pertemuan itu, Soekarno meminta agar diterbitkan buku resep masakan Indonesia yang lengkap. Buku ini baru terbit tahun 1967.

Pada 1970-1980 buku-buku resep masakan makin banyak diterbitkan. Buku-buku resep masakan internasional juga makin banyak muncul. Kualitas cetakan buku memang masih tergolong rendah. Foto-foto masakan juga masih buruk. Penjualan buku pun masih banyak dilakukan di toko buku kecil. Ukuran buku ada yang seperti buku saku. Hingga masa itu perempuan juga tetap menjadi subyek dalam urusan masak-memasak.

Sejak awal hingga akhir 1990-an, hampir semua buku menyebut kaum perempuan sebagai subyek dalam urusan masak-memasak. Namun, setelah masa itu sangat jarang penyebutan perempuan sebagai subyek urusan masak-memasak.

Pada masa itu pria pun mulai tampil dalam urusan memasak. Cetakan buku juga makin bagus. Kertas luks dan foto-foto yang menarik makin bermunculan. Buku masakan internasional dan masakan dalam negeri bertarung di toko buku. Keindahan foto masakan menjadi daya tarik.(ANDREAS MARYOTO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com