Belakangan ini, sosok Hary Tanoesoedibjo (46) mewarnai media massa dan wacana publik. Sebagai pengusaha media yang sukses, ia memilih berkiprah di dunia politik praktis, bergabung dengan partai politik baru, Partai Nasdem yang dilahirkan pemilik Media Group, Surya Paloh.
Hary memulai kariernya tahun 1989 sebagai pengusaha di Surabaya. Setahun kemudian, ia hijrah ke Jakarta dan merintis usaha di bidang keuangan. Jatuh bangun dalam usaha pernah dirasakannya sehingga tekanan krisis tahun 1998 membawanya memasuki bidang media. Pada 2001, ia mendirikan PT Media Nusantara Citra (MNC).
Hampir satu dekade, MNC berkembang dengan lembaga penyiaran, seperti RCTI, Global TV, MNC TV, televisi berlangganan Indovision dan Top TV, koran
Dengan semua raihan itu, tak sedikit partai yang meliriknya. Namun, Hary justru memilih Partai Nasdem yang adalah pemain baru di panggung politik Indonesia. Ia pun menyampaikan alasannya kepada
Apa yang melatarbelakangi Anda untuk terlibat di parpol?
Pertumbuhan MNC Group bagus. Harus saya katakan, saat ini MNC pada posisi
Sekarang waktunya mengemban
Mengapa memilih Partai Nasdem, bukan parpol yang mapan?
Sederhana. Saya beberapa kali berdiskusi dengan Surya Paloh. Kami berdua memiliki perspektif dan visi yang sama, bagaimana kita bisa membawa perubahan.
Saya tidak mengatakan Indonesia saat ini tidak bagus. Saat ini bagus. Pertumbuhan 6-7 persen itu baik. Persoalannya bagaimana kami berdua bisa berkontribusi sehingga membuat bangsa kita lebih baik lagi. Itulah kenapa semboyan dari Nasdem adalah restorasi dan itu sejalan dengan pemikiran saya.
Pertimbangan kedua, Nasdem adalah partai baru. Sebagai partai baru lebih dinamis karena di dalam dinamika organisasi itu tidak ada aturan baku, bahwa kalau kita mau bagus itu harus begini atau begitu.
Saya melihat ini kombinasi dari pengalaman politik beliau (Surya Paloh), pengalaman bisnis saya, yang dikombinasikan dengan harapan bisa menciptakan strategi yang baik bagi Partai Nasdem. Kalau di partai yang mapan tidak bisa. Pasti tak bisa karena mereka sudah punya aturan main dan strategi yang mereka terapkan sendiri.
Sejauh mana keyakinan Anda Nasdem akan mampu mewarnai kancah politik di Indonesia?
Saya ingin mengatakan begini, prestasi tidak tergantung berapa lama kita mengelola kegiatan itu. Perusahaan media kedua terbesar di dunia dimiliki anak berusia 27 tahun, yaitu Facebook, mengalahkan Disney yang sudah puluhan tahun, mengalahkan Fox yang sudah puluhan tahun, mengalahkan Warner (Brothers) yang sudah puluhan tahun. Saya harapkan itu terjadi di Nasdem.
Saya melihat ada baiknya kalau diikuti pengusaha lain. Jika pengusaha di kancah politik, harapan saya tatanan, aturan main, dan sebagainya itu bisa merupakan gabungan dari pemikiran politik, pemikiran sosial, pemikiran budaya dan juga bisnis sehingga bisa secara kolektif membawa kebangunan pembangunan Indonesia yang lebih baik lagi.
Anda ingin mencalonkan diri pada Pemilu 2014?
Tidak. Saya tidak perlu itu. Saya tidak punya ambisi. Tujuan saya hanya mengabdi. Semoga saya berguna.(why)