Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penempatan Aparat di Papua Pertajam Konflik

Kompas.com - 05/11/2011, 19:28 WIB
Ferry Santoso

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kekerasan aparat terhadap masyarakat di Papua saat ini akibat penempatan aparat keamanan yang berlebihan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono harus mengevaluasi penempatan aparat karena kehadiran aparat yang berlebihan dapat mempertajam konflik di Papua.

Demikian dikatakan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Ifdhal Kasim di Jakarta, Sabtu (5/11/2011). "Kekerasan yang terjadi saat ini akibat penempatan aparat keamanan yang berlebihan di Papua," katanya.

Presiden harus mengevaluasi penempatan aparat keamanan yang berlebihan karena dapat mempertajam konflik di Papua. "Masyarakat kerap dituding sebagai separatis dan diperlakukan secara kasar," tuturnya.

Penyelesaian Papua tidak dapat dengan kekerasan. "Seperti diungkapkan presiden, pendekatan penanganan masalah Papua harus dilakukan dengan hati," katanya.

Jumat lalu, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia merekomendasikan dan mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mempercepat dialog antara masyarakat Papua dengan Pemerintah pusat untuk menuntaskan permasalahan krusial di Papua secara adil, bermartabat, dan proporsional dengan melibatkan berbagai elemen bangsa.

"Komnas HAM juga merekomendasikan dan mendesak presiden mengevaluasi secara menyeluruh kinerja institusi dan aparat keamanan, serta penempatan pasukan yang tersebar di wilayah Papua dan Papua Barat," kata Ridha, di Jakarta, (4/11/2011).

Seperti diberitakan, kekerasan diduga terus terjadi di Papua. Setelah  kasus di lingkungan PT Freeport dan Kongres Rakyat Papua III di Abepura, kekerasan kembali terjadi di  Kampung  Umpagalo, Distrik Kurulu, Kabupaten Jayawijaya, pada Selasa (1/11/2011) sekitar pukul 23.00 hingga Rabu (2/11/2011) pukul 03.00.

Kekerasan ini dialami  sembilan warga Kampung  Umpagalo dan tiga anggota  Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Hubula atau Wamena. Oktovianus Pogou, anggota KNPB, Sabtu (5/11/2011) di Jakarta menuturkan, kekerasan itu dilakukan oleh oknum aparat keamanan  yang bertugas di Pos Kurulu. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

    Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

    Nasional
    Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

    Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

    Nasional
    Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

    Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

    Nasional
    Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

    Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

    Nasional
    Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

    Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

    Nasional
    Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

    Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

    Nasional
    “Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

    “Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

    Nasional
    Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

    Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

    Nasional
    Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

    Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

    Nasional
    Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

    Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

    Nasional
    Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

    Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

    Nasional
    Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

    Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

    Nasional
    Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

    Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com