Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kredibilitas Partai Demokrat Hancur di Mata Publik

Kompas.com - 28/10/2011, 22:17 WIB
Khaerudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com Sering beriklan dan menyebut diri partai antikorupsi, tetapi kemudian petingginya terseret kasus korupsi di berbagai kementerian, membuat kredibilitas Partai Demokrat hancur di mata publik.

Survei yang dilakukan Political Research Institute for Democracy menunjukkan, kasus korupsi yang melibatkan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin, dan diduga melibatkan sejumlah petinggi partai itu telah menggerus kepercayaan rakyat kepada partai pemenang Pemilu 2009 ini.

Berdasarkan survei yang dilakukan Political Research Institute for Democracy (Pride) di wilayah DKI Jakarta, selama Agustus hingga September lalu, tergambar tingginya ketidakpercayaan pemilih terhadap kredibilitas Partai Demokrat.

Sebanyak 52 persen responden menyatakan tidak mempercayai kredibilitas Partai Demokrat, setelah ada beberapa kasus korupsi yang melibatkan kader partai ini. Hanya 21 persen responden yang menyatakan masih percaya, dan 27 persen yang menjawab tidak tahu.

Survei melibatkan 500 respoden, dengan margin eror 4,4 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

Peneliti Pride, Agus Herta Sumarto, di Jakarta, Jumat (28/10/2011), mengatakan, sampel sengaja diambil hanya dari DKI Jakarta karena ibu kota Indonesia ini dinilai sebagai barometer nasional.

Selain itu, Jakarta menjadi gambaran bahwa pemilihnya tak pernah loyal pada satu partai.

"Pada Pemilu 1999, PDI-Perjuangan menang di Jakarta. Namun tahun 2004, PKS yang kemudian menang. Sementara itu, Pemilu 2009 dimenangkan Partai Demokrat. Ini menggambarkan betapa tidak loyalnya pemilih di Jakarta," kata pendiri Pride yang juga Guru Besar Institut Pertanian Bogor, Didik J Rachbini.

Menurut Herta, ketidakpercayaan publik terhadap kredibilitas Partai Demokrat memang disebabkan oleh kasus korupsi wisma atlet SEA Games yang melibatkan Nazaruddin dan juga petinggi partai lainnya.

"Masyarakat sekarang melihat Nazaruddin bagian dari Partai Demokrat, apalagi posisinya adalah bendahara umum yang tugasnya mencari dana untuk partai. Ketika Nazaruddin terlibat korupsi, masyarakat langsung berpersepsi bahwa dia mencari dana untuk partai. Otomatis Partai Demokrat sudah tidak bersih lagi di mata publik," kata Herta.

Hasil survei juga menunjukkan, 67 persen responden meyakini bahwa kasus korupsi wisma atlet tak hanya menjadi tindakan pribadi Nazaruddin, tetapi juga bersangkut paut dengan Partai Demokrat. Hanya 11 persen responden yang yakin kasus korupsi wisma atlet murni melibatkan Nazaruddin. Sisanya menjawab tidak tahu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Terima Gelar Adat Kerajaan Gowa, Menkumham: Saya Merasa Terhormat

    Terima Gelar Adat Kerajaan Gowa, Menkumham: Saya Merasa Terhormat

    Nasional
    Gerindra Bilang Jakarta Ingin Pemimpin Baru, Anies: Serahkan Pada Warga

    Gerindra Bilang Jakarta Ingin Pemimpin Baru, Anies: Serahkan Pada Warga

    Nasional
    Tingkatkan Kenyamanan Pelayanan Publik, Menkumham Resmikan Kantor Kemenkumham di Sulsel

    Tingkatkan Kenyamanan Pelayanan Publik, Menkumham Resmikan Kantor Kemenkumham di Sulsel

    Nasional
    Jemaah Haji Indonesia Mulai Berangkat ke Arafah untuk Wukuf

    Jemaah Haji Indonesia Mulai Berangkat ke Arafah untuk Wukuf

    Nasional
    Blusukan dan Bagikan Buku di Jakpus, Kaesang Bantah Sedang Kampanye

    Blusukan dan Bagikan Buku di Jakpus, Kaesang Bantah Sedang Kampanye

    Nasional
    Ditanya soal Berpasangan dengan Kaesang, Anies: Lebih Penting Bahas Kampung Bayam

    Ditanya soal Berpasangan dengan Kaesang, Anies: Lebih Penting Bahas Kampung Bayam

    Nasional
    Dokter dan Nakes yang Pertama Kali Urus STR Tetap Dikenakan Biaya

    Dokter dan Nakes yang Pertama Kali Urus STR Tetap Dikenakan Biaya

    Nasional
    Soal Indonesia Emas 2045, Mahfud MD: Indonesia Saat Ini Belum Adil dan Makmur

    Soal Indonesia Emas 2045, Mahfud MD: Indonesia Saat Ini Belum Adil dan Makmur

    Nasional
    PPATK Sebut Transaksi Judi Online Capai Rp 600 Triliun pada Januari-Maret 2024

    PPATK Sebut Transaksi Judi Online Capai Rp 600 Triliun pada Januari-Maret 2024

    Nasional
    Demokrat Sebut Tak Ada Nama Anies untuk Pilkada Jakarta, tapi Usulkan Mujiyono

    Demokrat Sebut Tak Ada Nama Anies untuk Pilkada Jakarta, tapi Usulkan Mujiyono

    Nasional
    Kaesang: Saya Suka Nonton Desak Anies, Bagus!

    Kaesang: Saya Suka Nonton Desak Anies, Bagus!

    Nasional
    Kementerian PUPR: Pembangunan SPAM Sepaku Sudah 50 Persen, Bisa Suplai Air ke IKN Saat 17 Agustus

    Kementerian PUPR: Pembangunan SPAM Sepaku Sudah 50 Persen, Bisa Suplai Air ke IKN Saat 17 Agustus

    Nasional
    Anies Resmi Umumkan Maju Pilkada Jakarta 2024

    Anies Resmi Umumkan Maju Pilkada Jakarta 2024

    Nasional
    Eks Penyidik KPK Sayangkan Kegaduhan Kasus Harun Masiku, Persulit Pencarian dan Penangkapan

    Eks Penyidik KPK Sayangkan Kegaduhan Kasus Harun Masiku, Persulit Pencarian dan Penangkapan

    Nasional
    Anies Diprediksi Tolak Duet dengan Kaesang pada Pilkada Jakarta, Kecuali Siap Dianggap Sosok Pragmatis

    Anies Diprediksi Tolak Duet dengan Kaesang pada Pilkada Jakarta, Kecuali Siap Dianggap Sosok Pragmatis

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com