Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fitra: Perampokan Uang Negara Justru oleh Elite Politik

Kompas.com - 23/10/2011, 13:46 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) mencatat, perampokan uang rakyat oleh elite politik dan birokrasi masih terjadi di tahun ketujuh pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Selama tujuh tahun terakhir, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan penyimpangan anggaran sebesar Rp 103,19 triliun.

"Dari temuan yang direkomendasikan BPK ini, baru Rp 37,8 triliun yang ditindaklanjuti," ujar Sekretaris Jenderal Fitra Yuna Farhan di Jakarta, Minggu (23/10/2011).

Perampokan uang negara tersebut, katanya, dipicu kondisi karut-marutnya politik anggaran. Biaya politik yang tinggi dan proses penganggaran yang tidak transparan semakin memperlebar celah perampokan anggaran oleh para elite.

"Elite politik di Senayan (DPR) ataupun kementerian dituntut untuk menghidupi partai politiknya, mengembalikan modal dana kampanye, mencari modal untuk kampanye, dan memperkaya diri, merampok uang rakyat dari APBN," kata Yuna.

Bobolnya anggaran, dinilai Yuna, dapat terjadi mulai dari tahap pembuatan program, pengalokasian anggaran, hingga realisasi program.

"Dari setiap tahapan, memang politik anggaran membuat terbuka praktik perampokan negara, mulai dari penyusunan program, ada diskresi, dan pembahasan di ruang-ruang gelap, ruang-ruang tertutup, penentuan atau alokasi ke kementerian, lembaga, dan transfer daerah," paparnya.

Sementara itu, anggaran yang rentan diselewengkan para elite, antara lain, belanja modal, belanja sosial, perjalanan dinas, dan dana transfer daerah, seperti dana percepatan pembangunan infrastruktur daerah (PPID). Menyikapi kondisi tersebut, Fitra menuntut pemerintah untuk memperbaiki regulasi pendanaan parpol dan kampanye parpol dengan.

"Batasi biaya belanja kampanye. Selama tidak dibatasi, semua akan jor-joran," ujar Yuna.

Di samping membenahi pendanaan parpol, pemerintah seharusnya memperbaiki mekanisme perencanaan penganggaran, baik di lingkungan birokrasi maupun di parlemen.

"Misalnya lewat aplikasi, harus terintergasi, mulai dari rencana sampai pertanggung jawaban. Kalau kita sekarang masih ego sektoral," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com