Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riwayat Dua Pesawat Terbang

Kompas.com - 05/10/2011, 05:20 WIB

OLEH NINOK LEKSONO

”Dengan membeli, tak akan pernah bangsa Indonesia memiliki keterampilan apa pun di bidang teknologi pesawat terbang. Padahal, karena wilayahnya, bangsa Indonesia akan selalu hidup dengan pesawat terbang...”. (Teknologi di Indonesia, Subekti Dkk, Editor, 1993)

Pabrik pesawat IPTN di Bandung pada masa jayanya divisikan satu hari menjadi seperti ”Everett dari Timur”. Everett adalah lokasi pabrik pesawat terbang Amerika Serikat yang terkemuka, Boeing Co. Dikisahkan, bahwa setelah Prof BJ Habibie mengetuk kanan-kiri pabrik pesawat terbang di dunia, yang mau diajak bekerja sama hanya Construcciones Aeronauticas SA, Spanyol. Maka, melalui program lisensi, dirakitlah pesawat Aviocar atau mobil terbang CASA-212 di pabrik IPTN di Bandung mulai paruh kedua 1970-an.

Berikutnya pada tahap kedua dikembangkan rekayasa berdasarkan teknologi yang sudah ada, dan ini mewujud pada CN-235, yang masih dibuat bersama Construcciones Aeronauticas SA (CASA) melalui konsorsium Airtech. Tahap ketiga adalah rekayasa asli dengan teknologi baru, yang mewujud dalam pesawat N-250, yang kini menjadi besi tua. Tahap keempat yang belum terwujud diandaikan akan melibatkan riset dasar.

Dalam kesederhanaannya, C-212 setia melayani penerbangan di jalur perintis, baik di Indonesia timur maupun barat—sebagaimana dilakukan oleh PT Nusantara Buana Air di Sumatera Utara.

Selain untuk angkutan penumpang, PT Dirgantara Indonesia (sebagai kelanjutan IPTN) mengembangkan inovasi untuk pesawat seri 200 ini, menjadikannya sebagai pesawat intai laut (maritime surveillance) dan juga menjadi pesawat penjaga pantai (coast guard) yang dilengkapi dengan perlengkapan seperti radar hidung dan FLIR (forward looking infra-red).

Sebagai pesawat angkut perintis, C-212 harus diakui jasanya. Sudah ribuan orang diangkut oleh pesawat ini sejak mulai dioperasikan sejak lebih dari tiga dekade silam.

Alih-alih melangkah ke industri lebih modern, PT Dirgantara Indonesia makin hari justru makin kurang modal. Produk andalannya, CN-235, meski masih ada pembelinya, terasa makin menua dari segi desain, sementara CASA juga sudah membuat versi modern pesawat ini, yakni C-295.

Adapun C-212-200 yang masih dioperasikan semakin tua umurnya. Satu demi satu tipe ini akan memasuki usia pensiun.

Everett asli

Ketika mimpi Everett dari Timur buyar bak istana pasir, Everett asli di Negara Bagian Washington tampak semakin berjaya. Meski sebagai penjual pesawat badan lebar di dunia posisinya disusul oleh industri Eropa, Airbus, Boeing Co tak berhenti berinovasi.

Sementara produk larisnya—yakni seri 737-800 dan 777-300ER—kini terus mengalir ke maskapai penerbangan utama dunia, Boeing kini tengah berbunga-bunga. Karya terbarunya, yakni Boeing 787 yang dijuluki Dreamliner, setelah terlambat sekitar tiga tahun, mulai diserahkan kepada pembelinya. Yang pertama telah diserahkan kepada launch customer ANA (All Nippon Airways), 28 September silam.

Penerbangan perdana Dreamliner ANA juga menyediakan tiket undian amal. Dua di antaranya telah terjual melalui eBay seharga 32.700 dollar Australia. Penerbangan perdana Dreamliner akan berlangsung 26 Oktober mendatang dari Bandar Udara Narita, Jepang, ke Hongkong yang lamanya 3,5 jam (Australian Business Traveller, 3/10).

Hasil lelang kursi penerbangan perdana akan diserahkan untuk kegiatan pelestarian lingkungan di Jepang, yang sekaligus juga melambangkan karakter ramah lingkungan pesawat jet baru Boeing ini.

Dreamliner merupakan pesawat yang dalam berbagai seginya berbeda dibandingkan dengan pesawat sebelumnya. Memasuki pesawat ini, penumpang serasa tidak memasuki pesawat yang pernah dikenal sebelumnya.

Yang lebih fundamental, 787 mampu membuat penumpang terbang lebih nyaman. Rasa letih yang acap muncul karena berada di tempat tinggi, juga pusing, otot kaku, dan mual, telah ditanggulangi oleh Boeing.

Apabila sebagian besar pesawat penumpang mengeset tekanan kabin setara dengan tekanan udara di ketinggian 7.500-8.000 kaki (2.286 meter-2.438 meter) di atas permukaan laut, pada 787 tekanan udara di kabin dibuat setara dengan tekanan udara ketinggian 6.000 kaki (1.829 meter) sehingga mengurangi efek ketidaknyamanan.

Tampak ada kesenjangan yang luar biasa jauh antara C-212 dan B-787, baik secara teknologi maupun secara desain. C-212 seolah masa lalu, yang masih bersama kita, dan B-787 adalah masa depan yang kita belum yakin bisa memilikinya.

Impian Indonesia tentang pabrik seperti Everett datang sekitar tujuh dekade setelah Boeing. Wajarlah kalau Boeing telah mencapai tingkat kecanggihan setinggi seperti dicerminkan B-787. Yang kita khawatirkan adalah kalau untuk membuat penerus C-212 pun kita tak sanggup lagi. Everett dari Timur bukan saja akan terkubur, tetapi seterusnya kita hanya akan mampu terpesona oleh munculnya Dreamliner-Dreamliner baru dan selamanya akan menjadi pembeli setia pesawat terbang, sebagaimana layaknya pembeli setia mobil asing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Nasional
Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com