Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Pante Tuak" yang Mengubah Perangai

Kompas.com - 01/10/2011, 04:22 WIB

Budayawan Manggarai, Marsel Robot, belum bisa memastikan tradisi pante tuak telah memengaruhi perangai orang Kolang atau Manggarai yang umumnya lembut, hangat, dan tidak meledak-ledak. ”Tidak ada salahnya jika diinterpretasikan bahwa sikap lembut dan hangat warga Kolang atau Manggarai umumnya itu dipengaruhi tradisi pante tuak,” tutur Marsel Robot, yang juga dosen FKIP Universitas Negeri Nusa Cendana, Kupang.

Gula merah atau gola kolang berbentuk potongan balok mini berukuran 20 sentimeter. Potongan gula itu selalu dalam kemasan daun aren sehingga aromanya awet terjaga.

Begitu uniknya tradisi pante tuak di Kolang membuat penyair Umbu Landu Paranggi, lima tahunan lalu, minta dikirimi jenis gula merah itu ke Denpasar, tempat tinggalnya. Permintaan tersebut menantang karena gola kolang di daerah asalnya pun sudah sangat langka sejak 1990-an. ”Gula manggarai tidak tergantikan! Jangan kau ganti yang lain,” pinta sahabat Umbu ketika itu.

Lelaki dewasa Kolang rata-rata juga paham kapan mayang aren siap disadap. Tanda-tanda awalnya adalah aroma khusus ketika mayang aren hendak mekar. Mikael Depak menuturkan, mayang pilihan para penyadap Kolang umumnya selalu berhasil mengalirkan nira. Hal tersebut dimungkinkan karena mereka mahir ”merayu” dan dapat memastikan mayang potensial atau mayang ”mandul”.

Masyarakat Manggarai beranggapan gola kolang sebagai produk khas Manggarai. Penyebutannya berubah bergantung pada sebarannya. Di Manggarai, barang itu disebut gola kolang. Namun, di luar wilayah tiga kabupaten pemekaran Manggarai, yaitu Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur, barang itu disebut gula manggarai.

Orang Manggarai, terutama di pedesaan, hingga awal 1970-an, umumnya hanya mengenal gola kolang sebagai pemanis minuman kopi, atau pemanis dari tumbukan jagung bernama rebok. Belakangan gola kolang tergusur gula pasir.

Kini, tegakan pohon aren tersisa dan terjaga di Kecamatan Kuwus dan Ndoso, wilayah Manggarai Barat bagian utara. Mengapa di sana? Hal itu karena di wilayah tersebut jarang terjadi kebakaran hutan.

Sekadar informasi, selain bermanfaat bagi manusia, aren sebenarnya juga menjadi incaran musang. Yang diincarnya adalah buah aren yang matang. Itu sebabnya, tidak jarang para penyadap aren memergoki musang sedang pulas tidur di sekitar mayang dengan buah matang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com