Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nigeria Potensial bagi Produk Indonesia

Kompas.com - 09/09/2011, 19:26 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Kepala ITPC Lagos, Nigeria, Heriyono Hadi Prasetyo, menyampaikan bahwa Nigeria pasar yang sangat potensial bagi produk Indonesia, bahkan pasar terbaik di dunia. Hal ini didasarkan pada jumlah penduduk dan daya beli konsumen Nigeria yang tinggi.

"Jumlah penduduk, sourcing (sumber daya), hasil industri, demand, number one (pasar di dunia)," ujar Heriyono kepada Kompas.com, Jumat (9/9/2011), mengenai pangsa pasar di Nigeria.

Mengenai penduduk, ia menyebutkan ada minimal 150 juta penduduk di Nigeria. Ia menuturkan, penduduk Nigeria memiliki daya beli lebih tinggi ketimbang masyarakat Indonesia. Harga barang di negara tersebut juga jauh lebih mahal, termasuk lebih mahal dari Dubai.

Dengan kondisi ini, sejumlah produk nasional pun sudah menyasar pasar di Afrika tersebut. Produk kertas, minyak goreng, minyak sawit (CPO), bumbu (seasoning), obat-obatan, hingga mobil pemadam kebakaran buatan Indonesia sudah diekspor ke Nigeria.

Sejumlah produk tersebut menjadi produk unggulan di sana, seperti kertas dan minyak goreng. Tidak hanya produk, industri jasa pun berkembang di sana, antara lain servis pesawat Kabo Air yang dilakukan oleh Garuda.

"Satu pesawat itu (biaya servisnya) kurang lebih bisa 1 juta dollar AS. Terakhir itu, sudah 13 pesawat lebih," jelas Heriyono.

Neraca perdagangan Indonesia dengan Nigeria pun hampir selalu surplus. Salah satu alasannya, kata Heriyono, adalah tingkat impor di Nigeria yang mencapai 99 persen. "Cuma waktu tahun 2009, kita ada defisit karena kita beli minyak sama dia," tambah Heriyono.

Heriyono menyayangkan produk ekspor Indonesia belum memaksimalkan pasar negara tersebut. Menurutnya, citra Nigeria masih kurang menarik di mata pelaku usaha nasional. Selain itu, kualitas produk, khususnya produk usaha kecil dan menengah pun belum bagus. "Problemnya UKM kita begitu ke sana, sampelnya pada copot," ujarnya.

Selain itu, Nigeria juga memiliki beberapa permasalahan perdagangan, di antaranya mengenai data dan peraturan. "Tapi masalahnya data di sana. Enggak ada data karena kalau peraturannya kita contraband itu semua. Nah, masuknya dengan lobi atau dari negara sampingnya Benin. Benin itu kayak Singapura," jelas dia, yang menyebutkan rata-rata produk Indonesia masuk dari negara tetangganya itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com