Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Effendi: Keluar Golkar, Surya Paloh Jantan

Kompas.com - 09/09/2011, 14:34 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pakar komunikasi politik dari Universitas Indonesia, Effendi Ghazali, menilai, langkah ketua umum sekaligus pendiri ormas masyarakat Nasional Demokrat (Nasdem), Surya Paloh, mundur dari Partai Golkar adalah langkah yang tepat. Surya Paloh, Rabu (7/9/2011), secara resmi telah mengumumkan pengunduran dirinya sebagai anggota Partai Golkar.

"Hal itu (pengunduran diri Surya Paloh) sekadar menunjukan kalau dia (Paloh) memang jantan. Jadi, harus begitu. Harus menunjukan secara jelas kelamin dari Nasdem itu. Jadi, ketika ada ancaman dari Golkar mengenai kader-kadernya dan dia meresponsnya dengan keluar dari Golkar itu bagus," ujar Effendi kepada wartawan di Jakarta, Jumat.

Partai Golkar beberapa waktu lalu memberikan ultimatum bagi kader-kadernya yang masuk ke dalam beberapa organisasi masyarakat. Tekad Golkar untuk menertibkan kader-kadernya tersebut semakin bulat setelah Partai Nasdem dideklarasikan pada Selasa (26/7/2011) di Jakarta.

Pengunduran diri Surya Paloh dari Partai Golkar termasuk salah satu upaya untuk menjawab berbagai polemik mengenai status dirinya sebagai Ketum Nasdem yang dipertanyakan Partai Golkar.

"Jadi, dalam pesan yang dia sampaikan saat ingin keluar itu, bisa jadi memang karena ia ingin merestorasi melalui Nasdem, bukan dengan Golkar. Nah, sekarang bagaimana tinggal Golkar menjawab pesan itu," kata Effendi.

Ketika ditanya apakah pengunduran diri Surya Paloh dapat merugikan Partai Golkar, Effendi enggan berkomentar lebih jauh. Menurutnya, berbagai perubahan bagi partai politik akan terus terjadi menyambut pemilihan umum 2014 mendatang.

"Pertanyaan paling penting sekarang adalah bagaimana Partai Golkar menilai pernyataan dia. Karena dalam komunikasi politik itu, orang kelihatan hebat atau tidaknya tergantung lawannya juga. Kalau lawannya semakin turun, orang yang bersangkutan akan dapat menjadi hebat," kata Effendi.

Seperti diberitakan, Surya Paloh mengatakan, salah satu pertimbangan pengunduran dirinya adalah karena ia menilai Partai Golkar tidak mampu berinteraksi dengan satu keinginan yang timbul dalam masyarakat. Hal itu, kata Paloh, dapat dilihat dari angka pemilih Partai Golkar pada Pemilihan Umum, dari 24 persen pada 1999 menurun hingga 14 persen di Pemilu terakhir pada 2009.

Paloh memutuskan keluar dari Golkar setelah mendirikan organisasi massa Nasdem. Ia membaktikan diri di partai beringin selama 43 tahun. Mantan Ketua Dewan Pembina Golkar itu bergabung dengan Golkar sejak Pemilu 1971 ketika masih berusia 19 tahun. Ketika itu dia dicalonkan menjadi anggota DPRD Kotamadya Medan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Nasional
Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Nasional
TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

Nasional
Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Nasional
PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

Nasional
Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Nasional
Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Nasional
Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Nasional
PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

Nasional
Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Nasional
Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Nasional
Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Nasional
Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Nasional
Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com