JAKARTA, KOMPAS.com — Kasus dugaan suap pembangunan wisma atlet SEA Games 2011 yang turut menjerat mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin diperkirakan akan berujung antiklimaks, seperti kasus mafia pajak Gayus Tambunan dan kasus mantan Kabareskrim Polri Komjen Susno Duadji.
Wakil Ketua DPR Pramono Anung menilai, gejalanya sudah tampak sejak Nazaruddin berhasil dibawa pulang ke Tanah Air.
"Saya melihat gejala ingar-bingarnya lebih dominan daripada inti persoalan yang harusnya menjadi perhatian publik yang utama. Karena begitu (Nazaruddin) sampai Indonesia, gesture, cara melihatnya, cara pandangnya sudah berbeda," ungkapnya di Gedung DPR, Jumat (26/8/2011).
Politisi PDI Perjuangan ini mengaku menangkap sinyal bahwa keterangan-keterangan yang akan disampaikan Nazaruddin di depan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tak akan sedahsyat pernyataan-pernyataan sebelumnya di media ketika dalam masa pelarian di luar negeri.
Dalam waktu hampir tiga bulan di luar negeri, suami Neneng Sri Wahyuni itu kerap memberikan keterangan kepada media, bahkan memunculkan diri via Skype. Nazaruddin mengungkapkan keterlibatan sejumlah petinggi Partai Demokrat dalam kasus suap wisma atlet, seperti Ketua Umum Anas Urbaningrum dan Sekretaris Dewan Pembina Andi Mallarangeng. Nazaruddin juga menyeret nama pimpinan KPK dalam dugaan pertemuan bersama sejumlah petinggi Demokrat lainnya.
Pramono memperkirakan, ujung kasus Nazaruddin akan tumpang tindih dan tak memuaskan publik. Nasibnya tak akan jauh berbeda dengan kasus Gayus, Susno, bahkan seperti kasus bail out Bank Century.
"Kasus-kasus itu kan juga muaranya tak memberikan kepuasan publik. Ini menyadarkan kita tak bisa menyerahkan seluruhnya kepada penguasa, fungsi media, aktivis harus dikuatkan," ujar Pramono.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.