Bandung, Kompas
”Saya ingin setiap tahun dievaluasi agar penanganan arus mudik lebih efektif dan bisa mengurangi kemacetan,” kata Presiden Yudhoyono, yang didampingi Ny Ani Yudhoyono, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, dan Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih.
Peninjauan jalur lingkar Nagreg oleh Presiden tersebut dalam rangka safari Ramadhan dari Kabupaten Bandung Barat, yang dilanjutkan ke Tasikmalaya. Presiden Yudhoyono meminta ada rambu-rambu untuk membatasi kecepatan mobil sesudah melintasi jalur lingkar Nagreg ke Tasikmalaya.
Rambu-rambu itu ditujukan supaya tidak terjadi kecelakaan akibat penyempitan jalan, terutama akibat penyempitan jalan dari Nagreg menuju arah Tasikmalaya yang melintasi pasar tradisional di Limbangan.
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum Djoko Murjanto menjelaskan, proyek jalur lingkar Nagreg dimulai sejak 2008. Proyek ini untuk menghindarkan pemudik dari titik kemacetan di simpang Nagreg dari arah Bandung, Tasikmalaya, dan Garut serta kemacetan akibat perlintasan kereta api di Pamuncatan.
Menurut Djoko Murjanto, jalur lingkar Nagreg sepanjang
Kepala Kepolisian Resor Bandung Ajun Komisaris Besar Sony Sonjaya mengatakan, kendaraan dari arah Bandung dikhawatirkan akan melaju kencang. Ini karena jalur lama Nagreg dibuat menjadi satu arah dalam kondisi menurun.
”Begitu memasuki Limbangan, terjadi penyempitan jalan sehingga kemacetan tidak bisa dihindari,” ujar Sony.
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat Dicky Saromi menuturkan, garis kejut di jalur lama dibuat untuk memberi tahu pengguna jalan agar mengurangi kecepatan. Direncanakan pula pemasangan rambu penunjuk kecepatan maksimal 40 kilometer per jam.