Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Logis Kalau Ibas Terlibat

Kompas.com - 23/08/2011, 18:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Bonny Hargens, menilai, banyak kebenaran dari pernyataan Muhammad Nazaruddin, tersangka kasus dugaan suap pembangunan wisma atlet SEA Games 2011, terhadap beberapa rekannya di Partai Demokrat.

Bonny mengatakan, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu merupakan salah satu orang yang berjasa di partainya dan pencari dana partai yang cukup cerdas. Karena itulah, Bonny menduga banyak orang terlibat dalam kasus suap tersebut, termasuk Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Eddy Baskoro atau Ibas.

"Kita harus tahu tangan-tangan siapa yang di belakang Nazar selama ini, yang memang menerima hasil kerja dia dan menerima uang-uang itu. Jadi menurut saya, bukan suatu yang sukar dan bukan yang mustahil kalau Ibas terlibat atau orang yang dekat Presiden, karena itu semua sangat logis," ujar Bonny dalam diskusi bertajuk "Rekayasa Kasus Nazaruddin, Antasari, dan Bank Century" di Rumah Perubahan, Duta Merlin, Jakarta, Selasa (23/8/2011).

Bonny mengemukakan, kebenaran akan tudingan Nazaruddin tersebut justru dikonfirmasi oleh balasan surat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada Nazaruddin beberapa waktu lalu. Menurut dia, cukup aneh jika Presiden Yudhoyono menulis surat balasan tersebut dalam kapasitasnya sebagai Presiden, bukan sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat.

"Ini ada semacam upaya menekan Nazaruddin sedemikian rupa sehingga dia tidak 'bernyanyi' lagi tentang keterlibatan orang-orang besar ini," ujar Bonny.

Oleh karena itu, Bonny mengatakan, akan sangat berbahaya bagi penegakan hukum jika upaya-upaya intervensi terhadap Nazaruddin itu dibiarkan. Ia berharap agar masyarakat dapat terus mengawal kasus mantan politisi Demokrat tersebut hingga tuntas. Bonny juga meminta agar Komisi Pemberantasan Korupsi tetap indenpenden dan memastikan keselamatan Nazaruddin terjamin dari tekanan-tekanan pihak luar.

"Jangan pernah takut kalau 'nyanyian' Nazar ini melebar dan ketika semua orang itu ditangkap bisa membuat negara bubar. Menurut saya, itu merupakan suatu penipuan yang tragis karena walaupun seorang presiden diganti karena keterlibatan dalam kasus-kasus pidana itu bukan berarti negara akan berakhir, karena konstitusi mengatur setiap perubahan kepemimpinan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

    Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

    Nasional
    Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

    Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

    Nasional
    Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

    Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

    Nasional
    Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

    Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

    Nasional
    Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

    Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

    Nasional
    Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

    Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

    Nasional
    Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

    Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

    Nasional
    Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

    Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

    Nasional
    Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

    Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

    Nasional
    Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

    Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

    Nasional
    Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

    Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

    Nasional
    Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

    Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

    Nasional
    “Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

    “Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

    Nasional
    Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

    Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

    Nasional
    Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

    Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com