Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komisi Etik KPK Didesak Usut Tudingan Nazar

Kompas.com - 20/07/2011, 16:04 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) didesak segera membentuk semacam komisi kode etik untuk mengusut pernyataan tersangka M Nazaruddin yang menyebut ada ketidakberesan penanganan kasus yang membelitnya.

"Di internal KPK itu ada semacam komisi etik untuk memeriksa pegawai maupun pimpinan KPK. Kalau hanya sekedar bantah membantah tidak fair ," kata Emerson Yuntho, Wakil Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW) di Mabes Polri, Jakarta, Rabu ( 20/7/2011 ).

Emerson dimintai tanggapan pernyataan Nazaruddin bahwa ada deal antara Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dengan pimpinan KPK terkait penanganan kasus suap wisma atlet di Palembang, Sumatera Selatan.

Deal itu, tuding Nazaruddin dalam wawancara di Metro TV,  agar Chandra M Hamzah (wakil ketua KPK) dan Ade Raharja (Deputi Penindakan KPK) dipilih kembali sebagai pimpinan KPK mendatang. Nazaruddin menyebut Anas sering bertemu Chandra dan M Jasin (wakil ketua KPK).

Dikatakan Emerson, komisi etik itu penting untuk membuktikan siapa yang berbohong, apakah pimpinan KPK atau Nazaruddin. Komisi etik itu dinilai fair karena melibatkan unsur dari luar KPK.

"Kita harus fair , menegakkan hukum tidak hanya di dalam tapi juga di luar. Jadi harus diuji, tidak hanya sekedar membantah. Kalau ditemukan sesuatu pelanggaran disiplin atau kode etik harus diberi sanksi," kata dia.

Emerson menambahkan, langkah itu dapat dilakukan tanpa menunggu Nazaruddin dibawa ke Indonesia. Komite dapat bekerja berdasarkan informasi Nazaruddin yang disampaikan kepada berbagai media. "Ketika ada informasi, yah mereka harus tindaklanjuti," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta Bersama Pengacara

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta Bersama Pengacara

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Nasional
Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Nasional
Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Nasional
Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Nasional
Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

Nasional
Jokowi Kembali Ingatkan agar Anggaran Tidak Habis Dipakai Rapat dan Studi Banding

Jokowi Kembali Ingatkan agar Anggaran Tidak Habis Dipakai Rapat dan Studi Banding

Nasional
Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

Nasional
Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

Nasional
Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

Nasional
Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak 'Heatwave'

Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak "Heatwave"

Nasional
Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar, tapi dari Bawah

Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar, tapi dari Bawah

Nasional
Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

Nasional
Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com