Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penderita Hepatitis Tidak Mampu Beli Obat

Kompas.com - 25/06/2011, 04:03 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Sekitar 80 persen penderita hepatitis B dan C tidak mampu membeli obat. Jika terus dibiarkan, kondisi tersebut akan membahayakan jiwa penderita karena infeksi hepatitis B dan C bisa menimbulkan kanker hati.

Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) Unggul Budihusodo menuturkan, berdasarkan survei yang dilakukan timnya, hanya 20 persen penderita hepatitis yang sanggup membeli obat.

”Ketika sudah terdeteksi, langkah selanjutnya adalah pengobatan. Namun, hanya sebagian kecil yang sanggup membeli obat,” kata Unggul saat memaparkan bahaya hepatitis B dan C, Jumat (24/6) di Kantor Kementerian Kesehatan RI.

Hepatitis adalah infeksi pada hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A, B, C, D, atau E. Yang berbahaya adalah hepatitis akibat virus hepatitis B dan C karena bisa menimbulkan sirosis (pengerasan) hati yang bisa berlanjut pada kanker hati dan berujung pada kematian.

Di Indonesia, setiap tahun diperkirakan ada sekitar 14.000 orang meninggal akibat kanker hati.

Unggul menuturkan, pengobatan hepatitis dilakukan sesuai kondisi penderita. Setiap kali berobat, biaya yang diperlukan bisa mencapai Rp 2 juta. Padahal, seorang penderita bisa menjalani pengobatan hingga lebih dari 40 kali.

Upaya penanggulangan

Prof Ali Sulaiman dari Divisi Hepatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menuturkan, upaya penanggulangan hepatitis di Indonesia menghadapi banyak kendala. Selain tingginya harga obat, deteksi dini hepatitis juga terkendala biaya peralatan.

”Muncul fenomena gunung es karena 90 persen penderita hepatitis B dan C tidak terdeteksi,” katanya.

Melihat kondisi tersebut, menurut Ali, perlu ada strategi nasional guna menanggulangi hepatitis. Hal itu, antara lain, mencegah lewat deteksi dini dan imunisasi, mempermudah akses terapi dengan menyediakan obat murah, serta meningkatkan kualitas dokter umum dan dokter puskesmas.

Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan M Subuh mengatakan, pemerintah kini fokus menanggulangi hepatitis. Peralatan deteksi dini dan terapi hepatitis yang berbiaya lebih murah saat ini tengah dikembangkan. Selain itu, perusahaan farmasi juga diajak untuk memproduksi obat hepatitis yang murah.

”Tahun 2012, Jakarta akan menjadi pilot project program deteksi dini hepatitis. Targetnya bisa menjangkau 100.000 orang,” kata Subuh. (ARA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com