Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Diperkosa Kota", Wajah Kota Kita...

Kompas.com - 13/06/2011, 03:11 WIB

Keruwetan Jakarta beserta aneka respons masyarakat atas kondisi ini menjadi tema menarik yang digarap oleh lima peserta pameran seni rupa bertajuk ”Diperkosa Kota”. Kemacetan, kriminalitas, dan gaya hidup diambil menjadi tema karya mereka.

Pameran ini diselenggarakan di Ruru Gallery, mulai tanggal 10 hingga 18 Juni 2011. Karya yang dipamerkan merupakan karya terbaik peserta proyek seni dua tahunan bertajuk ”Jakarta 32 Derajat Celcius” tahun 2010. Seperti namanya, tema besar yang diangkat dalam pameran ini memang khusus membicarakan problematika Jakarta.

Urusan macet, misalnya, menjadi persoalan yang diakrabi masyarakat Jakarta. Isu ini direspons Angga Cipta dengan membuat Jakarta Traffic Maps. Karya itu berupa dua peta Jakarta. Satu berwarna kuning dan menunjukkan Jakarta pada siang hari dan yang lain biru untuk menggambarkan Jakarta pada malam hari. Setiap peta dilengkapi ruas jalan berikut namanya.

Angga menyediakan berbagai gambar tempel berbentuk bajaj, metromini, mikrolet, dan sepeda motor. Pengunjung bisa berpartisipasi dalam karya ini dengan menempelkan gambar tempel itu di lokasi jalan yang dianggap sebagai biang kemacetan. Baru dua hari pameran dibuka, peta ini sudah penuh dengan gambar-gambar kendaraan. Tidak siang, tidak malam.

Sebagai pengantar, Angga menempelkan tulisan, ”Aku tau Jakarta macet, kamu tau Jakarta macet. Tapi kita gak tau di mana saja yang sangat macet atau cukup macet. Marilah kita petakan macet dan tumpahkan kekesalan kalian karena macet. Tempelkan ikon kendaraan yang menurut kalian menjadi penyebab macet sesuai daerah yang kalian lewati.”

Pada karya lain, Angga juga mengambil sejumlah ikon yang dipandangnya sebagai sesuatu yang lazim terjadi di Jakarta. Ada 16 ikon yang disebutnya sebagai fenomena Jakarta. Beberapa berkaitan dengan upaya kreatif mencari nafkah, seperti odong-odong, pengamen ondel-ondel, pedagang pakaian sisa impor Senen, atau tukang kopi sepeda.

Ada juga cerita di jalan, antara lain tambal ban, geng mods, motor ngelawan arah, majelis rusuh, ketabrak busway, razia motor, motor galon, dan bajaj nyengser. Di bagian lain, gaya hidup yang dipotret Angga, seperti fixie-mobil atau sepeda yang dibawa dengan mobil, serta fenomena nongkrong di kafe. Semua ikon ini dibuat dalam gambar berukuran mini dan dicetak di kertas besar. Ada perulangan gambar ikon yang menyimbolkan setiap ikon kerap ditemui di mana-mana.

Lalu lintas yang ruwet juga disiasati orang Jakarta dengan memodifikasi sepeda motor. Lewat foto Dhemas Reviyanto yang dirangkai dalam karya berjudul Kuda Besi, modifikasi sepeda motor ini terlihat begitu beragam. Ada bagian sepeda motor yang sudah diganti sehingga bentuknya menjadi aneh. Ada pula sepeda motor yang dilengkapi dengan besi pembawa galon air minum atau tabung gas. Yang lain lagi, sebuah sepeda motor yang diberi buntut mobil bak terbuka.

Tidak hanya lalu lintas yang ruwet, bangunan yang tumbuh di Jakarta juga amburadul. Komunitas Pencinta Kertas menggambarkan kesemerawutan ini dengan kardus-kardus yang dibentuk bangunan dan disusun dengan tidak beraturan.

Kriminalitas di kota besar juga dijadikan tema karya Syaiful Ardianto. Sejumlah judul berita kriminal di koran digunting dan dilengkapi dengan gambar ilustrasi. Yang menarik, Syaiful juga melengkapi dengan kalimat satire. Pada judul berita kriminal ”Perampok Berseragam” dan ”Jakarta Kota Bandit”, terdapat gambar pencopet beraksi. Di situ, Syaiful menambahi kalimat ”Siap Dukung”.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com